Pedet yakni anak sapi yang gres lahir hingga umur 8 bulan. Pedet yang gres lahir membutuhkan perawatan khusus, ketelitian, kecermatan dan ketekunan dibandingkan dengan pemeliharaan sapi dewasa. Pemeliharaan pedet mulai dari lahir hingga disapih merupakan cuilan penting dalam kelangsungan suatu perjuangan peternakan sapi perah. Kesalahan dalam penanganan dan pemeliharaan pada pedet muda dengan umur 0-3 ahad sanggup mengakibatkan pedet mati lemas dikala lahir, lemah, nanah dan sulit dibesarkan.
A. Perawatan Pedet
Untuk menghasilkan anak sapi yang cukup berpengaruh salah satu caranya induk sapi yang bunting sekurang-kurangnya 6 ahad sebelum beranak sudah dikeringkan dan induk sapi tersebut diberi pakan istimewa dan cukup baik kualitas dan kuantitasnya. Setelah pedet dilahirkan, merupakan periode yang sangat kritis. Oleh lantaran itu anak sapi perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya (Muljana, 1982).
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu cuilan dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diharapkan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan hingga mencapai usia sapi dara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
1. Penanganan Pedet pada dikala lahir
Penanganan Pedet pada dikala lahir dilakukan apabila induk tidak bisa berperan secara optimal. Hal ini menjaga supaya sifat alami atau tingkahlaku ternak tidak terusak. Bantuan sanggup diberikan dengan langkah-langkah sesuai tingkah laris ternak tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung demikian pula yang ada dalam tubuhnya, memakai handuk (kain) yang bersih. Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas. Kemudian potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah nanah kemudian diikat. Berikan jerami kering sebagai alas. Dan jangan lupa beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit sesudah lahir (Imron, 2009).
2. Pemberian Pakan
Pemberian Pakan Anak Sapi / Pedet diharapkan semaksimal mungkin mendapat asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik pada dikala masih pedet akan memperlihatkan nilai positif dikala lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal sanggup dicapai.
a. Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Menurut Imron 2009, untuk sanggup melakukan aktivitas dukungan pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah dukungan pakan yang benar. Sejak lahir anak sapi telah memiliki 4 cuilan perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya dikala sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa.
Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berkembang menjadi 80 % dikala dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu bertahap dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat bernafsu dan bertekstur lembut) dan selanjutnya berguru menkonsumsi rumput.
b. Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet
Jenis materi pakan untuk anak sapi sanggup digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Pakan cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer
Kolostrum Kolostrum yakni air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang gres melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal. Komposisi kolostrum :
· Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal
· Mengandung enzym yang bisa menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya sanggup berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
· Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi sanggup diserap dalam bentuk protein. Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang gres lahir dari penyakit infeksi.
· Kolostrum sanggup juga menghambat perkembangan kuman E. coli dalam usus pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu Kolostrum : Warna dan kekentalannya menerangkan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, lantaran kaya akan imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 4 minggu, sapi terus diperah hingga dikala melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan dikala melahirkan maupun dikala akan diperah (Soetarno, 2003).
Milk Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS) Pada fase dukungan susu untuk pedet, air susu sapi orisinil sanggup diganti memakai Milk Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik kualitasnya sanggup memperlihatkan pertambahan bobot tubuh yang sama dengan kalau diberi air susu hingga umur 4 minggu. Namun adakala dukungan milk replacer mengakibatkan sapi lambat cukup umur kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibentuk dari materi baku yang berasal dari produk air susu yang baik menyerupai ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada dikala pedet berusia antara 3 – 5 ahad dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 ahad belum bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein susu).
2. Pakan padat/kering : konsentrat pemula (calf starter) dan hijauan.
Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter) Pemberian calf starter sanggup dimulai semenjak pedet 2 – 3 ahad (fase pengenalan). Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet sanggup mengkonsumsi pakan padat dan sanggup mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan. Penyapihan (penghentian dukungan air susu) sanggup dilakukan apabila pedet telah bisa mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan.
Tolak ukur kualitas calf starter yang baik yakni sanggup memperlihatkan pertambahan bobot tubuh 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked (Imron, 2009).
Manajemen Pemberian Pakan Hijauan
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut bersama-sama belum sanggup dicerna secara tepat dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan. Perkenalkan dukungan hay/rumput semenjak pedet berumur 2 – 3 minggu.
· Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
· Jangan memperlihatkan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
· Konsumsi hijauan harus mulai banyak sesudah memasuki fase penyapihan.
B. Sistem Perkandangan
Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat di satukan dalam sangkar bersama dengan induk, diberi sekat supaya pergerakan pedet terbatas. Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi. Selain itu pedet sanggup mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut sesudah lepas sapih.
Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga sanggup mengurangi kecelakaan baik pada pedet atau induk. Bagi pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam perawatan hingga sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan induk atau induk lain yang masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan susu diberikan oleh peternak sesuai dengan umur dan berat tubuh (Imron, 2009).
Menurut Soetarno 2003, selama 3-4 hari sesudah lahir pedet biasaanya belumdipisahkan dari induknya, supaya dapar memperolah kolostrum sepenuhnya. Setelah itu, pedet di tempatkan di dalam sangkar pembesaran, baik berupa sangkar observasi (observation pens), sangkar individu (individual pens), maupun sangkar kelompok (group pens). Di sini pedet mulai dilatih untuk mengkonsumsi embel-embel makan.
C. Penanganan Penyakit
1. Diare (Mencret)
Penyakit yang sering ditemui pada pedet yakni diare. Diare pedet masih cukup menyeramkan lantaran seringkali berakibat kematian. Menurut Kurniawan 2009, jikalau pedet kehilangan lebih dari 15% cairan tubuhnya, ia akan mengalami stress yang luar biasa dan mengakibatkan kematian. Dari sekian banyak alasannya yakni diare pada pedet, penanganan dikala lahir, tidak adanya desinfeksi pusar dan sanitasi sangkar pedet yang buruk, yakni penyebab utamanya. Pedet yakni investasi lantaran laba para peternak kebanyakan hanya berasal dari penjualan pedet.
Ada beberapa langkah untuk mengatasi diare pada pedet yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
· Memperbaiki cairan tubuh pedet. Yaitu dengan memperlihatkan cairan elektrolit/oralit dan susu secara bergantian. Dan juga mengurangi konsumsi susu lantaran susu bisa menstimulasi banteri ikutan.
· Memberikan antibiotik lantaran 80% diare disebabkan lantaran nanah bakteri, kemudian menambahkan Vitamin C sebagai antistress. Jika pedet tidak mau makan, maka harus ditambah multivitamin dan antipiretik jikalau suhu badannya lebih dari 39,5 celsius.
· Memperbaiki kondisi sangkar menjadi higienis dan kering lantaran sangkar yang jelek sanitasi berpeluang memperparah infeksi.
· Segera pisahkan pedet yang terserang dengan pedet yang lain untuk mencegah penularan.
· Mengamati setiap dikala kondisinya untuk memastikan pedet tetap aktif.
2. Cacingan
Menurut Tuimin 2009, Dr Drh Setiawan Koesdarto dan Dr Drh Sri Subekti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan Dr Herra Studiawan dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menyatakan, Toxocara vitulorum, merupakan cacing askarid. Stadium dewasanya banyak dijumpai pada anak sapi (pedet). Akibat dari penyakit cacingan (toxocariasis), sangat menekan produktivitas ternak, berarti menjadi beban ekonomi bagi peternak secara berkepanjangan jikalau tidak dilakukan pengendalian.
Upaya pengendaliannya berdasarkan mereka hingga dikala ini belum jelas, hal ini disebabkan belum adanya warta wacana keadaan toxocariasis pada pedet. Tersedianya obat cacing, umumnya hanya berguna terhadap stadium dewasa, kurang berguna untuk stadium larva dan telur.
Hal ini lantaran ternak sapi sewaktu-waktu sanggup dijual bila diperlukan. Kepemilikan ternak sapi selain menghasilkan daging juga pupuk, serta kulit dan tulangnya memiliki potensi untuk dikembangkan dalam bidang industri dan kerajinan.
Walaupun demikian penyakit benalu cacing khususnya cacing susukan pencernaan pernah dilaporkan Disnak Jatim. Menurut Simon dan Syahrial serta Gunawan dan Putra penyakit yang sering dijumpai pada pedet yakni gangguan benalu usus.
Salah satu jenis benalu usus yang sering dilaporkan menyerang pedet muda yakni toxocariasis. Parasit cacing ini menimbulkan kerugian yang cukup besar, bahkan sanggup mengakibatkan maut pada pedet. Toxocariasis merupakan penyakit yang banyak ditemukan di negara tropik dengan kelembaban tinggi.
Sejak lahir anak sapi telah memiliki 4 cuilan perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya dikala sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa.Manajemen pemeliharaan pedet yang optimal semenjak lahir sangat diharapkan untuk memperoleh sapi yang memiliki produksi dan produktifitas yang tinggi yang siap menggantikan sapi yang sudah tidak berproduksi lagi, baik sebagai induk maupun pemacek. Pemeliharaan pedet mulai dari penanganan kelahiran, dukungan identitas, rujukan dukungan pakan, pemantauan terhadap pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, pencegahan dan penanganan terhadap penyakit, serta kebersihan dan kemudahan sangkar hingga pedet berumur 8 bulan, sangat mempengaruhi keberhasilan tercapainya pedet sebagai calon hibrida pada perjuangan ternak perah.
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut bersama-sama belum sanggup dicerna secara tepat dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan. Perkenalkan dukungan hay/rumput semenjak pedet berumur 2 – 3 minggu.Dengan penanganan dan perawatan yang tepat akan sanggup mengoptimalakan performan pedet yang nantinya benar-benar siap menjadi replacement stock menggantikan sapi yang sudah tidak berproduksi lagi. Menurut Muljana (1996), pedet yang harus dipelihara terus setiap tahunnya untuk peremajaan yakni 30% dari jumlah populasi induk.
A. Perawatan Pedet
Untuk menghasilkan anak sapi yang cukup berpengaruh salah satu caranya induk sapi yang bunting sekurang-kurangnya 6 ahad sebelum beranak sudah dikeringkan dan induk sapi tersebut diberi pakan istimewa dan cukup baik kualitas dan kuantitasnya. Setelah pedet dilahirkan, merupakan periode yang sangat kritis. Oleh lantaran itu anak sapi perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya (Muljana, 1982).
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu cuilan dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diharapkan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan hingga mencapai usia sapi dara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
1. Penanganan Pedet pada dikala lahir
Penanganan Pedet pada dikala lahir dilakukan apabila induk tidak bisa berperan secara optimal. Hal ini menjaga supaya sifat alami atau tingkahlaku ternak tidak terusak. Bantuan sanggup diberikan dengan langkah-langkah sesuai tingkah laris ternak tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung demikian pula yang ada dalam tubuhnya, memakai handuk (kain) yang bersih. Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas. Kemudian potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah nanah kemudian diikat. Berikan jerami kering sebagai alas. Dan jangan lupa beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit sesudah lahir (Imron, 2009).
2. Pemberian Pakan
Pemberian Pakan Anak Sapi / Pedet diharapkan semaksimal mungkin mendapat asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik pada dikala masih pedet akan memperlihatkan nilai positif dikala lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal sanggup dicapai.
a. Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Menurut Imron 2009, untuk sanggup melakukan aktivitas dukungan pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah dukungan pakan yang benar. Sejak lahir anak sapi telah memiliki 4 cuilan perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya dikala sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa.
Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berkembang menjadi 80 % dikala dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu bertahap dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat bernafsu dan bertekstur lembut) dan selanjutnya berguru menkonsumsi rumput.
b. Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet
Jenis materi pakan untuk anak sapi sanggup digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Pakan cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer
Kolostrum Kolostrum yakni air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang gres melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal. Komposisi kolostrum :
· Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal
· Mengandung enzym yang bisa menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya sanggup berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
· Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi sanggup diserap dalam bentuk protein. Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang gres lahir dari penyakit infeksi.
· Kolostrum sanggup juga menghambat perkembangan kuman E. coli dalam usus pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu Kolostrum : Warna dan kekentalannya menerangkan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, lantaran kaya akan imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 4 minggu, sapi terus diperah hingga dikala melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan dikala melahirkan maupun dikala akan diperah (Soetarno, 2003).
Milk Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS) Pada fase dukungan susu untuk pedet, air susu sapi orisinil sanggup diganti memakai Milk Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik kualitasnya sanggup memperlihatkan pertambahan bobot tubuh yang sama dengan kalau diberi air susu hingga umur 4 minggu. Namun adakala dukungan milk replacer mengakibatkan sapi lambat cukup umur kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibentuk dari materi baku yang berasal dari produk air susu yang baik menyerupai ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada dikala pedet berusia antara 3 – 5 ahad dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 ahad belum bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein susu).
2. Pakan padat/kering : konsentrat pemula (calf starter) dan hijauan.
Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter) Pemberian calf starter sanggup dimulai semenjak pedet 2 – 3 ahad (fase pengenalan). Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet sanggup mengkonsumsi pakan padat dan sanggup mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan. Penyapihan (penghentian dukungan air susu) sanggup dilakukan apabila pedet telah bisa mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan.
Tolak ukur kualitas calf starter yang baik yakni sanggup memperlihatkan pertambahan bobot tubuh 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked (Imron, 2009).
Manajemen Pemberian Pakan Hijauan
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut bersama-sama belum sanggup dicerna secara tepat dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan. Perkenalkan dukungan hay/rumput semenjak pedet berumur 2 – 3 minggu.
· Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
· Jangan memperlihatkan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
· Konsumsi hijauan harus mulai banyak sesudah memasuki fase penyapihan.
B. Sistem Perkandangan
Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat di satukan dalam sangkar bersama dengan induk, diberi sekat supaya pergerakan pedet terbatas. Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi. Selain itu pedet sanggup mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut sesudah lepas sapih.
Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga sanggup mengurangi kecelakaan baik pada pedet atau induk. Bagi pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam perawatan hingga sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan induk atau induk lain yang masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan susu diberikan oleh peternak sesuai dengan umur dan berat tubuh (Imron, 2009).
Menurut Soetarno 2003, selama 3-4 hari sesudah lahir pedet biasaanya belumdipisahkan dari induknya, supaya dapar memperolah kolostrum sepenuhnya. Setelah itu, pedet di tempatkan di dalam sangkar pembesaran, baik berupa sangkar observasi (observation pens), sangkar individu (individual pens), maupun sangkar kelompok (group pens). Di sini pedet mulai dilatih untuk mengkonsumsi embel-embel makan.
C. Penanganan Penyakit
1. Diare (Mencret)
Penyakit yang sering ditemui pada pedet yakni diare. Diare pedet masih cukup menyeramkan lantaran seringkali berakibat kematian. Menurut Kurniawan 2009, jikalau pedet kehilangan lebih dari 15% cairan tubuhnya, ia akan mengalami stress yang luar biasa dan mengakibatkan kematian. Dari sekian banyak alasannya yakni diare pada pedet, penanganan dikala lahir, tidak adanya desinfeksi pusar dan sanitasi sangkar pedet yang buruk, yakni penyebab utamanya. Pedet yakni investasi lantaran laba para peternak kebanyakan hanya berasal dari penjualan pedet.
Ada beberapa langkah untuk mengatasi diare pada pedet yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut :
· Memperbaiki cairan tubuh pedet. Yaitu dengan memperlihatkan cairan elektrolit/oralit dan susu secara bergantian. Dan juga mengurangi konsumsi susu lantaran susu bisa menstimulasi banteri ikutan.
· Memberikan antibiotik lantaran 80% diare disebabkan lantaran nanah bakteri, kemudian menambahkan Vitamin C sebagai antistress. Jika pedet tidak mau makan, maka harus ditambah multivitamin dan antipiretik jikalau suhu badannya lebih dari 39,5 celsius.
· Memperbaiki kondisi sangkar menjadi higienis dan kering lantaran sangkar yang jelek sanitasi berpeluang memperparah infeksi.
· Segera pisahkan pedet yang terserang dengan pedet yang lain untuk mencegah penularan.
· Mengamati setiap dikala kondisinya untuk memastikan pedet tetap aktif.
2. Cacingan
Menurut Tuimin 2009, Dr Drh Setiawan Koesdarto dan Dr Drh Sri Subekti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan Dr Herra Studiawan dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menyatakan, Toxocara vitulorum, merupakan cacing askarid. Stadium dewasanya banyak dijumpai pada anak sapi (pedet). Akibat dari penyakit cacingan (toxocariasis), sangat menekan produktivitas ternak, berarti menjadi beban ekonomi bagi peternak secara berkepanjangan jikalau tidak dilakukan pengendalian.
Upaya pengendaliannya berdasarkan mereka hingga dikala ini belum jelas, hal ini disebabkan belum adanya warta wacana keadaan toxocariasis pada pedet. Tersedianya obat cacing, umumnya hanya berguna terhadap stadium dewasa, kurang berguna untuk stadium larva dan telur.
Hal ini lantaran ternak sapi sewaktu-waktu sanggup dijual bila diperlukan. Kepemilikan ternak sapi selain menghasilkan daging juga pupuk, serta kulit dan tulangnya memiliki potensi untuk dikembangkan dalam bidang industri dan kerajinan.
Walaupun demikian penyakit benalu cacing khususnya cacing susukan pencernaan pernah dilaporkan Disnak Jatim. Menurut Simon dan Syahrial serta Gunawan dan Putra penyakit yang sering dijumpai pada pedet yakni gangguan benalu usus.
Salah satu jenis benalu usus yang sering dilaporkan menyerang pedet muda yakni toxocariasis. Parasit cacing ini menimbulkan kerugian yang cukup besar, bahkan sanggup mengakibatkan maut pada pedet. Toxocariasis merupakan penyakit yang banyak ditemukan di negara tropik dengan kelembaban tinggi.
0 Response to "Cara Merawat Pedet Biar Sehat Dan Tumbuh Dengan Baik"