Tips Memilih Murai Batu Borneo
Karakter bunyi murai watu borneo
Pilih warna bulu dada yang coklat muda, lebih terang/muda lebih baik. Kalau ada yang supak (agak keputihan tetapi bukan blorok) lebih baik lagi. Murai Batu Borneo dengan warna-warna bulu dada ibarat tersebut rata-rata mempunyai sifat fighter yang tinggi dan kerjanya ngedur. Dari variasi warna kaki Murai Batu Borneo yang pernah saya temui, skala prioritas menentukan Murai Batu Borneo melihat dari warna kaki ialah coklat kehitaman (warna tanduk), hitam pekat, dan coklat kemerahan.
Jangan pilih warna kaki yang putih kekuningan, alasannya ialah selain belum pernah ada yang jenis ini koncer di kontes, saya juga pernah merawatnya dan karenanya berdasarkan saya sangat mengecewakan. Mental serta daya tarungnya kurang serta terlalu lambat untuk jadi, ungkap Rifqie KM.
Panjang ekor pilih yang agak pendek, dari 13 hingga 10 cm, bentuk kepala utamakan menentukan yang berbentuk papak, pilihlah yang mempunyai tatapan tajam dan mata tidak terlihat sayu. Pada ketika berkicau, perhatikan intensitas bukaan paruhnya. Pilih yang bukaannya lebar, biasanya ketika tarung akan mengeluarkan tembakan dengan full power, ujar Rifqie.
Carilah yang mempunyai leher yang agak besar, ini biasanya memperlihatkan besarnya volume bunyi yang sanggup dikeluarkan. Selain hal-hal tersebut di atas, secara umum pemilihan Murai Borneo berbakat sama dengan Murai Batu berbakat jenis lainnya.
Karakter bunyi murai watu borneo
Pendapat abjad bunyi Murai Batu Borneo ialah ngebass dan monoton, ini tidak benar. Dengan perawatan yang benar, pemilihan masteran sempurna dan proses mastering yang intensif, Murai Borneo akan mempunyai suara/lagu yang berkualitas.
Karena kebanyakan Murai Borneo bertype nembak-nembak, pilih masteran utama dengan type nembak ibarat Cililin, LB, Pelatuk, Belibis, dan lainnya.
Pola Ekor Murai Batu Borneo
Pola ekor Murai Batu Borneo ialah terdiri dari enam pasang (12 helai) bulu, dengan dua pasang bulu hitam dan empat pasang bulu putih (bulu penyangga).
Bulu ekor putih Murai Batu Borneo sendiri banyak polanya, di antaranya bulu ekor putih polos semua dengan semburat hitam pada bab ujungnya, ekor putih dengan 3 pasang polos dan sepasang (ekor putih terpanjang) berwarna separuh hitam, empat pasang bulu ekor putih berwarna hitam pada pangkal bulunya, dan ada yang ekornya berwarna hitam semua.
Namun pandai balig cukup akal ini, sering terjadi perdebatan mana itu Murai Batu Borneo dan mana itu Murai Batu Lampung. Banyak Murai Batu yang diklaim Lampung, pada kenyataannya nggembung juga. Yang memprihatinkan, dilema ini sering menjadi percekcokan antarkicaumania hingga muncul tuduhan penipuan.
Nasib Murai Batu Borneo di Lomba
Diakui atau tidak, Murai Batu Borneo masih dipandang sebelah mata di ajang-ajang lomba burung berkicau di Pulau Jawa dan Sumatera. Hanya di lomba-lomba yang sangat besar saja yang membuka kelas Murai Batu Borneo. Namun sebaliknya di Pulau Kalimantan yang menjadi endemiknya, lomba kelas Murai Batu Borneo lebih terkenal dibandingkan Murai Batu Sumatera.
Dari pengamatan di lapangan, banyak faktor yang menjadikan kenapa Murai Batu Borneo ini kurang terkenal untuk dilombakan di Pulau Jawa dan Sumatera. Di antaranya alasannya ialah faktor selera kicaumania, perbedaan gaya burung, bahkan hingga faktor ekonomi.
Namun sebenarnya, bagi kicaumania yang paham Murai Batu, antara Murai Batu Borneo dan Murai Batu Sumatera sama saja, judulnya tetap Murai Batu. Jadi, faktor utama yang menjadikan Murai Batu Borneo kurang diminati di Jawa dan Sumatera lebih alasannya ialah ekonomi, yang dipicu ulah spekulasi pedagang.
Mengingat populasi Murai Batu Sumatera yang semakin langka di hutan, menjadi alasan khusus bagi pedagang untuk melambungkan harganya. Sehingga, kalau Murai Batu Borneo sanggup terkenal di ajang lomba, maka dipastikan harga Murai Batu Sumatera akan turun drastis bahkan atau bersaing dengan Murai Batu Borneo.
Sejumlah kicaumania beralasan kenapa enggan merawat Murai Batu Borneo, alasannya ialah ketika mengikutsertakan dalam lomba-lomba, selalu tidak dianggap oleh juri. Namun ada juga yang beralasan bahwa kalau Murai Batu Borneo digantangkan campur dengan Murai Batu Sumatera, sanggup menjadikan Murai Batu Sumatera rusak mengingat mental tempur Murai Batu Borneo bekerjsama lebih dahsyat.
Tak heran kalau masih jarang pemainnya, alasannya ialah banyak stigma pada Murai Batu Borneo sebagai burung kelas dua, kurang bergengsi, gaya mbalon, ngendok. Ada juga yang menyampaikan bikin birahi Murai Batu Sumatra alasannya ialah gayanya ibarat Murai Batu betina mantuk-mantuk, ungkap Yohanes Tatit (Om Yo), penggemar Murai Batu Borneo dari Tarung Jawara SF.
Om Yo berharap, kedepannya, Murai Batu Borneo sanggup disatukan dengan Murai Batu Sumatera di event-event lomba. Alasannya, selain tak kalah menarik, Murai Batu Borneo juga mempunyai suara-suara yang anggun ketika digantang meski lebih pendek-pendek lagunya alasannya ialah gaya fighter-nya.
Harusnya iya, masuk kelas umum saja. Saya kurang oke kalau di kelas khusus malah. Karena di situ seninya yaitu menampilkan Murai Batu Borneo biar tampil maksimal dan sanggup menarik perhatian juri. Murai Batu Borneo harus kerja dua kali lipat untuk mengalahkan Murai Batu lain. Sudah ngotot fisik, harus ngotok lagu pula, papar Om Yo.
Di sisi lain, gengsi kicaumania yang aib mengikutsertakan Murai Batu Borneo di dalam lomba turut mensugesti kenapa Event Organizer (EO) di Jawa dan Sumatera enggan membuka kelas Murai Batu Borneo. Karena kalaupun dibuka kelasnya, selalu sepi pendaftar sehingga EO pun kapok untuk membuka kelasnya lagi di event-event berikutnya.
Sebenarnya, beberapa EO di wilayah Jabodetabek mulai memperlihatkan apresiasi tinggi terhadap keberadaan Murai Batu Borneo, contohnya dalam Seri VIII Liga Ronggolawe Jabodetabek di Bintaro 9 Walk Sektor IX, Tangerang Selatan dan Seri Penutup (XII) Liga Ronggolawe Jabodetabek di Brigif 202 Tajimalela, Jalan Raya Narogong, Rawa Panjang, Bekasi beberapa waktu lalu.
Saat di Seri VIII memang sempat ada pesertanya walau tidak banyak. Di event itu Murai Batu Borneo Total Anarchy, Dimas Aryokusumo yang menjadi juaranya. Namun ketika di Seri Penutup, sayang kelas ini dibatalkan alasannya ialah hanya ada dua pesertanya, salah satunya Giri Prakosa (Giri KM) yang tiba jauh-jauh dari Jakarta.
Padahal, penggemar Murai Batu Borneo di Jawa terbilang banyak, terutama di wilayah Jabodetabek, dan EO sebesar Ebod Jaya sudah memperlihatkan kepeduliannya. Jadi, naik tidaknya kelas Murai Batu Borneo ini yang menentukan ialah kicaumania sendiri, bukan alasannya ialah pedagang ataupun EO. (giriondeadline/KM)
(Sumber : http://www.kicaumania.or.id/tips-memilih-murai-batu-borneo)
0 Response to "Tips Menentukan Murai Watu Borneo"