Teknik dan Langkah-langkah Penyamakan Kulit, Mulai dari Pretanning, Tanning Hingga Finishing
Pengertian Kulit. Kulit yaitu lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, daerah bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedia Indonesia, dijelaskan bahwa kulit yaitu lapisan luar tubuh yang melindungi tubuh atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar contohnya panas, efek yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar suhu. Pada ketika hidup, kulit mempunyai fungsi antara lainsebagai indra perasa, daerah pengeluaran hasil pembakaran, sebagaii pelindung dari kerusakan kuman kulit, sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan tubuh binatang (Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012).
Kulit segar yang gres dilepas dari tubuh binatang mempunyai beberapa unsur berikut (Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012):
Pengertian Tentang Proses Penyamakan Kulit. Penyamakan kulit yaitu suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah hides maupun skines menjadi kulit tersamak atau leather. Penyamakan kulit merupakan cara untuk mengubah kulit mentah (hide/skin) yang bersifat labil (mudah rusak oleh efek fisik, kimia dan biologis) menjadi kulit yang stabil terhadap efek tersebut yang biasa disebut kulit tersamak (leather). Kulit samak atau kulit jadi mempunyai sifat-sifat khusus yang sangat berbeda dengan kulit mentahnya, baik sifat fisis maupun sifat khemisnya. Kulit mentah gampang sekali membusuk dalam keadaan kering, keras, dan kaku. Sedangkan kulit tersamak mempunyai sifat sebaliknya Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Dengan demikian, kulit binatang yang gampang busuk sanggup menjadi tahan terhadap serangan mikroorganisme. Prinsip prosedur penyamakan kulit yaitu memasukkan materi penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara materi penyamak dan serat kulit (Raffy, 2012).
Dalam proses penyamakan dikenal adanya sistem penyamakan berbulu dan tidak berbulu. Sistem penyamakan berbulu tentunya ditujukan untuk mempertahankan keindahan bulunya sedangkan penyamakan tidak berbulu tentunya sengaja ditujukan untuk menghilangkan bulu. Sekilas yang membedakan kedua proses ini yaitu dilakukannya proses pengapuran pada sistem penyamakan tidak berbulu dengan tujuan supaya mempermudah dalam menghilangkan bulunya (Raffy, 2012).
Terdapat tiga tahapan pokok dalam industri penyamakan kulit yaitu (Raffy, 2012) :
1. Pengerjaan berair (beamhouse) atau yang biasa disebut pretanning, terdiri dari proses perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan kapur (deliming), baitsen (bating), dan pengasaman (pickling).
2. Penyamakan (tanning), kulit pickle direndam pada materi penyamak, yang proses penyamakannya terdiri dari penyamakan nabati, penyamakan krom, penyamakan kombinasi, dan penyamakan sintesis.
3. Penyelesaian selesai (finishing), prosesnya terdiri dari pengetaman (shaving), pemucatan (bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring), penggemukan (oiling), pengeringan, pelembaban, dan perenggangan.
Adapun Jenis penyamakan kulit yaitu sebagai berikut (Raffy, 2012) :
1. Penyamakan nabati
Dalam penyamakan nabati dipakai materi penyamak nabati yang berasal dari alam. Bahan penyamak nabati merupakan materi penyamak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung materi penyamak.
2. Penyamakan krom
Dalam penyamakan krom, dipakai krom sulfat basa. Kulit yang disamak dengan materi penyamak ini memberi sifat lemas, kuat, tetapi kurang berisi.
3. Penyamakan kombinasi
Penyamakan kombinasi yaitu penyamakan kulit dengan dua atau lebih materi penyamak, dengan tujuan saling melengkapi lantaran setiap materi penyamak mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
4. Penyamakan sintesis
Pada dasarnya penyamakan sintesis tidak jauh beda dengan penyamakan nabati, hanya saja memakai materi sintesis yaitu organic polyacid yang mempunyai kemampuan menyamak kulit.
Macam-macam Jenis Penyamakan Berdasarkan Bahan Yang Digunakan:
a. Penyamakan mineral
Jenis materi penyamak yang sering dipakai dalam penyamakan ini antara lain yang berasal dari golongan aluminium ibarat tawas putih (K2SO4 Al2(SO4)3 24 H2O), golongan chrome ibarat Cr2O3 (produk komersial dengan merek Chromosal-B) dan Zirkonium. Produk kulit jadi (leather) yang biasa dihasilkan melalui penyamakan ini antara lain : kulit untuk materi jaket, tas kantor, sepatu dan lap (chamois).
b. Penyamakan nabati
Jenis materi penyamak yang dipakai yaitu bahan-bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ibarat akar, batang dan daun. Prinsipnya bahwa semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung tannin sanggup digunakan. Contoh tumbuhan yang sering dipakai antara lain : mahoni, pisang, teh, akasia, bakau. Tumbuhan yang mengandung tannin dicirikan oleh rasa yang sepat dan reaksi dengan besi ibarat pisau menghasilkan warna ungu kehitaman. Produk kulit jadi yang dihasilkan yaitu sepatu sol (sepatu kerja/sepatu militer/polisi).
c. Penyamakan sintetis
Penyamakan sintetis memakai bahan-bahan dari golongan fenol yang telah dibesarkan molekulnya melalui proses sulfonasi dan kondensasi. Produk komersial dijual dengan merek Basyntan, Irgantan dan Tanigan. Tujuan yang diharapkan dari penyamakan ini yaitu memperoleh kulit jadi dengan menampilkan kesan aslinya. Seperti kulit reptil (ular, buaya biawak) maupun pada kulit kaki ayam. Melalui teknik penyamakan ini relief (rajah) khas yang dimiliki masing-masing kulit tetap dipertahankan dan akan tetap tampak sebagai suatu seni (art) tersendiri.
d. Penyamakan minyak
Jenis materi penyamak yang dipakai yaitu berasal dari minyak ikan salah satu contohnya yaitu minyak ikan hiu. Dalam perdagangan biasa dikenal dengan nama minyak ikan kasar. Minyak ikan yang dipakai mempunyai ikatan C rangkap atau bilangan yodium berkisar 80-120. Produk kulit jadi yang dihasilkan contohnya kulit bulu (zemleer).
Langkah-langkah dalam penyamakan kulit dilakukan dengan cara ibarat berikut: (Raffy, 2012) :
Pretanning
Kegiatan ini bertujuan untuk mengawetkan kulit mentah biar sanggup bertahan sampai penyamakan bahu-membahu dilakukan. Kegiatan ini dinamakan dengan pengerjaan berair yang mencakup proses perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan kapur (deliming), baitsen (bating), dan pengasaman (pickling). Adapun tujuan dari masing-masing acara yaitu :
a. Perendaman bertujuan untuk mengubah kondisi kulit kering menjadi lemas dan lunak.
b. Pengapuran bertujuan untuk menghilangkan bulu dan epidermis, kelenjanr keringat dan lemak, zat-zat yang tidak diperlukan, memudahkan pelepasan subcutis, dsb.
c. Pembuangan kapur bertujuan untuk menghilangkan kapur yang tergandung dalam kulit, lantaran penyamakan dilakukan dalam kondisi asam sehingga harus terbebas dari kapur yang bersifat basa.
d. Bating merupakan proses penghilangan zat-zat non kolagen
e. Pengasaman bertujuan menciptakan kulit bersifat asam (pH 3,0 – 35), biar kulit tidak nanah jikalau bereaksi dengan obat penyamaknya.
Tanning
Tahapan proses penyamakan diadaptasi dengan jenis kulit. Kulit dibagi atas 2 golongan yaitu hide (untuk kulit dari binatang besar ibarat kulit sapi, kerbau, kuda dan lain-lain), dan skin(untuk kulit domba, kambing, reptil dan lain-lain). Jenis zat penyamak yang dipakai menghipnotis hasil selesai yang diperolah. Penyamak nabati (tannin) menunjukkan warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tapi empuk, kurang tahan terhadap panas. Penyamak mineral paling umum memakai krom. Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/ lemes, dan lebih tahan terhadap panas.
Finishing
Kegiatan sehabis penyamakan kulit terdiri atas pengetaman (shaving), pemucatan (bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring), penggemukan (oiling), pengeringan, pelembaban, dan perenggangan, masing-masing acara yaitu ibarat berikut :
a. Pengetaman merupakan suatu acara yang menciptakan kulit mempunyai tingkat ketebakan yang sama.
b. Pemucatan bertujuan untuk menghilangkan flek-flek besi, merendahkan pH, dan lebih menguatkan ikatan antara materi penyamak dengan kulit.
c. Penetralan dilakukan bagi kulit samak krom, lantaran kulit samak krom berkadar asam tinggi, sehingga perlu dinetralkan biar tidak mengganggu proses selanjutnya.
d. Pengecatan dasar dilakukan dengan tujuan biar pemakaian cat tutup tidak terlalu tebal
e. Peminyakan pada kulit mempunyai tujuan antara lain untuk pelumas serat- serat kulit biar kulit menjadi tahan tarik dan tahan getar, menjaga serat kulit biar tidak lengket satu dengan yang lainnya, dan menciptakan kulit tahan air.
f. Penggemukkan bertujuan biar zat penyamak tidak keluar ke permukaan sebelum kering.
g. Pengeringan dilakukan bagi kulit atasan dengan tujuan untuk menghentikan proses kimiawi dalam kulit. Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan kemudian dikeringkan.
h. Pelembaban dilakukan bagi kulit bawahan dengan tujuan biar kulit dengan gampang sanggup menyesuaikan dengan kondisi udara disekitar.
i. Kegiatan selesai dari belahan ini yaitu peregangan yang bertujuan biar kulit ekspresi secara maksimal. Sehingga dengan demikian, tidak akan mulur lagi sehabis menjadi barang.
Macam-macam Jenis Produk Hasil Dari Penyamakan Kulit
Hasil olahan kulit dalam bentuk non pangan lebih banyak dalam bentuk kulit tersamak (leather) melalui proses penyamakan. Beberapa jenis produk leather yang kita kenal yaitu sebagai berikut ( Gazali, 2011) :
Menurut Aten (1966), pengawetan dengan cara penggaraman terbagi menjadi penggaraman kering (dry salting) dan penggaraman berair (wet salting). Stanley (1993), menambahkan bahwa peng garaman merupakan metoda pengawetan yang paling gampang dan efektif. Reaksi osmosis dari garam mendesak air keluar dari kulit sampai tingkat kondisi yang tidak memungkinkan pertumbuhan bakteri. Kulit mentah segar bersifat gampang busuk lantaran merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembangbiaknya organisme. Kulit mentah tersusun dari unsur kimiawi seperti: protein, karbohidrat, lemak, dan mineral. Oleh lantaran itu, perlu dilakukan proses pengwetan kulit sebelum kulit diolah lebih lanjut. Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Dengan demikian, kulit binatang yang gampang busuk sanggup menjadi tahan terhadap serangan mikroorganisme (Judoamdjojo, 1981).
Prinsip prosedur penyamakan kulit yaitu memasukkan materi penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara materi penyamak dan serat kulit (Purnomo, 1985). Menurut Muslich (1999), teknik penyamakan kulit dikelompokkan menjadi 3 tahapan, yaitu proses pra-penyamakan, penyamakan, dan pasca penyamakan.
Proses pra-penyamakan (beam open house operation) mencakup perendaman, pengapuran, pembuatan daging, pembuangan kapur, pengikatan proten, pemucatan dan pengasaman (Purnomo, 1985). Perendaman (soaking) merupakan tahapan pertama dari proses penyamakan yang bertujuan mengembalikan kadar air kulit yang hilang selama proses pengawetan sehingga kadar airnya mendekati kadar air kulit segar. Tujuan perendaman yaitu membuang zat padat ibarat pasir, kerikil, parasit, sisa darah, urin, dan kotoran. Pencegahan proses pembusukan dalam perendaman sanggup dilakukan dengan cara mengusahakan biar air perendaman tetap dingin, terutama di demam isu panas perlu dipakai termometer dan penambahan sedikit bakterisida (Mann, 1980).
Tujuan pengapuran yaitu menghilangkan epidermis dan bulu, kelenjar keringat dan lemak, dan menghilangkan semua zat-zat yang bukan kolagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak. Oleh lantaran semua proses penyamakan sanggup dikatakan berlangsung dalam lingkungan asam maka kapur di dalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan akan mengganggu proses penyamakan. Proses buang daging (fleshing) bertujuan menghilangkan sisa-sisa daging (subcutis) dan lemak yang masih menempel pada kulit. Proses buang bulu (scudding) bertujuan menghilangkan sisa-sisa bulu beserta akarnya yang masih tertinggal pada kulit (Muslich, 1999).
Pembuangan kapur (deliming) bertujuan untuk menurunkan pH yang disebabkan sisa kapur yang masuk masih terdapat pada kulit (Purnomo, 1985). Proses buang kapur biasanya memakai garam ammonium sulfat (ZA). Garam itu memudahkan proses pembuangan kapur lantaran tidak ada pengendapan-pengendapan dan tidak terjadi pembengkakan kulit (Muslich,1999).
Pelumatan (bating) bertujuan untuk membuka atau melemaskan kulit lebih tepat secara enzimatik. Bahan yang dipakai yaitu oropon atau enzilen, yaitu materi yang dibentuk dari pankreas dan garam-garam ammonium sebagai aktivator (Judoamidjojo, 1974). Menurut Purnomo (1985), tujuan dari proses bating yaitu menghilangkan sisa-sisa akar bulu dan pigmen, sisa lemak yang tidak tersambungkan, dan menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.
Proses Bating diharapkan terutama untuk pembuatan kulit halus dan lemas, contohnya kulit box, pakaian, dan sarung tangan (Muslich, 1999). Menurut Mann (1980), waktu batingyang berlebihan sanggup mengakibatkan kulit menjadi lepas dan menipis lantaran banyak protein yang terhidrolisis sehingga menjadikan kekuatan tarik menjadi rendah.
Pengertian Kulit. Kulit yaitu lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, daerah bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedia Indonesia, dijelaskan bahwa kulit yaitu lapisan luar tubuh yang melindungi tubuh atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar contohnya panas, efek yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar suhu. Pada ketika hidup, kulit mempunyai fungsi antara lainsebagai indra perasa, daerah pengeluaran hasil pembakaran, sebagaii pelindung dari kerusakan kuman kulit, sebagai buffer terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan tubuh binatang (Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012).
Kulit segar yang gres dilepas dari tubuh binatang mempunyai beberapa unsur berikut (Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012):
- Collagen : 30% - 32%
- Lemak : 2% - 5%
- Epidermis : 0,2% - 2%
- Mineral : 0,1% - 0,3%
- Air : 60% - 65%
Pengertian Tentang Proses Penyamakan Kulit. Penyamakan kulit yaitu suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah hides maupun skines menjadi kulit tersamak atau leather. Penyamakan kulit merupakan cara untuk mengubah kulit mentah (hide/skin) yang bersifat labil (mudah rusak oleh efek fisik, kimia dan biologis) menjadi kulit yang stabil terhadap efek tersebut yang biasa disebut kulit tersamak (leather). Kulit samak atau kulit jadi mempunyai sifat-sifat khusus yang sangat berbeda dengan kulit mentahnya, baik sifat fisis maupun sifat khemisnya. Kulit mentah gampang sekali membusuk dalam keadaan kering, keras, dan kaku. Sedangkan kulit tersamak mempunyai sifat sebaliknya Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Dengan demikian, kulit binatang yang gampang busuk sanggup menjadi tahan terhadap serangan mikroorganisme. Prinsip prosedur penyamakan kulit yaitu memasukkan materi penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara materi penyamak dan serat kulit (Raffy, 2012).
Dalam proses penyamakan dikenal adanya sistem penyamakan berbulu dan tidak berbulu. Sistem penyamakan berbulu tentunya ditujukan untuk mempertahankan keindahan bulunya sedangkan penyamakan tidak berbulu tentunya sengaja ditujukan untuk menghilangkan bulu. Sekilas yang membedakan kedua proses ini yaitu dilakukannya proses pengapuran pada sistem penyamakan tidak berbulu dengan tujuan supaya mempermudah dalam menghilangkan bulunya (Raffy, 2012).
Terdapat tiga tahapan pokok dalam industri penyamakan kulit yaitu (Raffy, 2012) :
1. Pengerjaan berair (beamhouse) atau yang biasa disebut pretanning, terdiri dari proses perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan kapur (deliming), baitsen (bating), dan pengasaman (pickling).
2. Penyamakan (tanning), kulit pickle direndam pada materi penyamak, yang proses penyamakannya terdiri dari penyamakan nabati, penyamakan krom, penyamakan kombinasi, dan penyamakan sintesis.
3. Penyelesaian selesai (finishing), prosesnya terdiri dari pengetaman (shaving), pemucatan (bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring), penggemukan (oiling), pengeringan, pelembaban, dan perenggangan.
Adapun Jenis penyamakan kulit yaitu sebagai berikut (Raffy, 2012) :
1. Penyamakan nabati
Dalam penyamakan nabati dipakai materi penyamak nabati yang berasal dari alam. Bahan penyamak nabati merupakan materi penyamak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung materi penyamak.
2. Penyamakan krom
Dalam penyamakan krom, dipakai krom sulfat basa. Kulit yang disamak dengan materi penyamak ini memberi sifat lemas, kuat, tetapi kurang berisi.
3. Penyamakan kombinasi
Penyamakan kombinasi yaitu penyamakan kulit dengan dua atau lebih materi penyamak, dengan tujuan saling melengkapi lantaran setiap materi penyamak mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
4. Penyamakan sintesis
Pada dasarnya penyamakan sintesis tidak jauh beda dengan penyamakan nabati, hanya saja memakai materi sintesis yaitu organic polyacid yang mempunyai kemampuan menyamak kulit.
Macam-macam Jenis Penyamakan Berdasarkan Bahan Yang Digunakan:
a. Penyamakan mineral
Jenis materi penyamak yang sering dipakai dalam penyamakan ini antara lain yang berasal dari golongan aluminium ibarat tawas putih (K2SO4 Al2(SO4)3 24 H2O), golongan chrome ibarat Cr2O3 (produk komersial dengan merek Chromosal-B) dan Zirkonium. Produk kulit jadi (leather) yang biasa dihasilkan melalui penyamakan ini antara lain : kulit untuk materi jaket, tas kantor, sepatu dan lap (chamois).
b. Penyamakan nabati
Jenis materi penyamak yang dipakai yaitu bahan-bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ibarat akar, batang dan daun. Prinsipnya bahwa semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung tannin sanggup digunakan. Contoh tumbuhan yang sering dipakai antara lain : mahoni, pisang, teh, akasia, bakau. Tumbuhan yang mengandung tannin dicirikan oleh rasa yang sepat dan reaksi dengan besi ibarat pisau menghasilkan warna ungu kehitaman. Produk kulit jadi yang dihasilkan yaitu sepatu sol (sepatu kerja/sepatu militer/polisi).
c. Penyamakan sintetis
Penyamakan sintetis memakai bahan-bahan dari golongan fenol yang telah dibesarkan molekulnya melalui proses sulfonasi dan kondensasi. Produk komersial dijual dengan merek Basyntan, Irgantan dan Tanigan. Tujuan yang diharapkan dari penyamakan ini yaitu memperoleh kulit jadi dengan menampilkan kesan aslinya. Seperti kulit reptil (ular, buaya biawak) maupun pada kulit kaki ayam. Melalui teknik penyamakan ini relief (rajah) khas yang dimiliki masing-masing kulit tetap dipertahankan dan akan tetap tampak sebagai suatu seni (art) tersendiri.
d. Penyamakan minyak
Jenis materi penyamak yang dipakai yaitu berasal dari minyak ikan salah satu contohnya yaitu minyak ikan hiu. Dalam perdagangan biasa dikenal dengan nama minyak ikan kasar. Minyak ikan yang dipakai mempunyai ikatan C rangkap atau bilangan yodium berkisar 80-120. Produk kulit jadi yang dihasilkan contohnya kulit bulu (zemleer).
Langkah-langkah dalam penyamakan kulit dilakukan dengan cara ibarat berikut: (Raffy, 2012) :
Pretanning
Kegiatan ini bertujuan untuk mengawetkan kulit mentah biar sanggup bertahan sampai penyamakan bahu-membahu dilakukan. Kegiatan ini dinamakan dengan pengerjaan berair yang mencakup proses perendaman (soaking), pengapuran (liming), pembuangan kapur (deliming), baitsen (bating), dan pengasaman (pickling). Adapun tujuan dari masing-masing acara yaitu :
a. Perendaman bertujuan untuk mengubah kondisi kulit kering menjadi lemas dan lunak.
b. Pengapuran bertujuan untuk menghilangkan bulu dan epidermis, kelenjanr keringat dan lemak, zat-zat yang tidak diperlukan, memudahkan pelepasan subcutis, dsb.
c. Pembuangan kapur bertujuan untuk menghilangkan kapur yang tergandung dalam kulit, lantaran penyamakan dilakukan dalam kondisi asam sehingga harus terbebas dari kapur yang bersifat basa.
d. Bating merupakan proses penghilangan zat-zat non kolagen
e. Pengasaman bertujuan menciptakan kulit bersifat asam (pH 3,0 – 35), biar kulit tidak nanah jikalau bereaksi dengan obat penyamaknya.
Tanning
Tahapan proses penyamakan diadaptasi dengan jenis kulit. Kulit dibagi atas 2 golongan yaitu hide (untuk kulit dari binatang besar ibarat kulit sapi, kerbau, kuda dan lain-lain), dan skin(untuk kulit domba, kambing, reptil dan lain-lain). Jenis zat penyamak yang dipakai menghipnotis hasil selesai yang diperolah. Penyamak nabati (tannin) menunjukkan warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tapi empuk, kurang tahan terhadap panas. Penyamak mineral paling umum memakai krom. Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/ lemes, dan lebih tahan terhadap panas.
Finishing
Kegiatan sehabis penyamakan kulit terdiri atas pengetaman (shaving), pemucatan (bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring), penggemukan (oiling), pengeringan, pelembaban, dan perenggangan, masing-masing acara yaitu ibarat berikut :
a. Pengetaman merupakan suatu acara yang menciptakan kulit mempunyai tingkat ketebakan yang sama.
b. Pemucatan bertujuan untuk menghilangkan flek-flek besi, merendahkan pH, dan lebih menguatkan ikatan antara materi penyamak dengan kulit.
c. Penetralan dilakukan bagi kulit samak krom, lantaran kulit samak krom berkadar asam tinggi, sehingga perlu dinetralkan biar tidak mengganggu proses selanjutnya.
d. Pengecatan dasar dilakukan dengan tujuan biar pemakaian cat tutup tidak terlalu tebal
e. Peminyakan pada kulit mempunyai tujuan antara lain untuk pelumas serat- serat kulit biar kulit menjadi tahan tarik dan tahan getar, menjaga serat kulit biar tidak lengket satu dengan yang lainnya, dan menciptakan kulit tahan air.
f. Penggemukkan bertujuan biar zat penyamak tidak keluar ke permukaan sebelum kering.
g. Pengeringan dilakukan bagi kulit atasan dengan tujuan untuk menghentikan proses kimiawi dalam kulit. Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan kemudian dikeringkan.
h. Pelembaban dilakukan bagi kulit bawahan dengan tujuan biar kulit dengan gampang sanggup menyesuaikan dengan kondisi udara disekitar.
i. Kegiatan selesai dari belahan ini yaitu peregangan yang bertujuan biar kulit ekspresi secara maksimal. Sehingga dengan demikian, tidak akan mulur lagi sehabis menjadi barang.
Macam-macam Jenis Produk Hasil Dari Penyamakan Kulit
Hasil olahan kulit dalam bentuk non pangan lebih banyak dalam bentuk kulit tersamak (leather) melalui proses penyamakan. Beberapa jenis produk leather yang kita kenal yaitu sebagai berikut ( Gazali, 2011) :
- Kulit blank. Kulit ini kebanyakan diolah dengan samak nabati sifatnya lentur tidak gampang dibengkokkan dan kuat. Digunakan sebagai materi untuk sadel, tas, ransel.
- Kulit vachet. Kulit ini berbahan mentah kulit sapi dan dipakai sebagai bantal pada dingklik dan peralatan-peralatan rumah tangga lainnya.
- Kulit mebel. Kulit ini ibarat dengan kulit blank namun jumlah gemuk yang diberikan lebih banyak, lentur dan kuat.
- Kulit halus. Yang tergolong kulit ini yaitu kulit sampul buku dan kulit tas. Bahan mentahnya berasal dari kulit sapi, kambing dan domba yang disamak nabati
- Kulit manchet. Jenis kulit ini banyak dipergunakan untuk peralatan pompa, pipa air, pentil. Kulit ini berasal dari kulit sapi dan kambing.
- Kulit tekstil. Jenis kulit ini dipakai untuk keperluan alat-alat teknik antara lain bagian-bagian dari alat tenun contohnya pecker, roda gigi (dapat berjalan tanpa berbunyi).
- Kulit sarung tangan. Jenis kulit harus tipis, lemas dan lentur. Biasanya putih atau berwarna-warni. Bahan mentahnya sanggup berasal dari kulit kambing, domba rusa dan babi. Prosesnya melalui penyamakan chrome, kombinasi chrome dengan minyak.
- Kulit pakaian. Yang termasuk dalam produk ini yaitu barang kulit berupa mantel ataupun jaket. Bahan mentah berasal dari kulit domba, kambing, sapi dan kuda.
- Kulit pengisap keringat. Kulit ini biasanya dipasang pada topi. Prosesnya dengan penyamakan nabati. Bahan mentahnya berasal dari kulit domba, kambing dan babi.
- Kulit sol. Kulit sol biasanya berasal dari kulit tebal yang mempunyai struktur serat yang berpengaruh dan padat. Jenis kulit ini kaku dan sulit dibengkokkan. Penggunaannya sebagai materi sol sepatu untuk militer/polisi serta pekerja pabrik. Kulit sol diolah dengan melalui penyamakan nabati.
- Kulit raam. Kulit raam yaitu jenis kulit vache dipakai untuk menyambung kulit atasan dengan kulit bawahan dan diperdagangkan sebagai lajuran dengan lebar 12-18 mm dan tebal 1,8-2,2 mm. Warna biasanya diadaptasi dengan warna kulit ternak.
- Kulit box. Kata box merupakan rujukan dari kulit atasan yang berasal dari kulit sapi melalui penyamakan chrome. Sifat kulit ini lemas, struktur berpengaruh serta nerf tidak gampang pecah dan lepas. Banyak dipakai sebagai materi sepatu kantor atau kerja.
- Kulit fahl. Kulit fahl merupakan materi untuk kulit atasan berasal dari kulit sapi yang disamak nabati dan diberi gemuk tidak berwarna atau berwarna kehitaman. Sifatnya tahan air, lemas dan kekuatan tariknya tinggi. Banyak dipakai sebagai materi sepatu gunung, militer maupun sepatu lapangan.
- Kulit tahan air. Kulit ini merupakan kulit atasan melalui proses penyamakan chrome, kombinasi dan nabati. Kulit diberi gemuk biar tahan terhadap air dan banyak dipakai sebagai materi pembuatan sepatu berat, laras, sport dan ski. Kadar gemuknya mencapai 15-21%.
- Kulit nubuk dan velour. Kulit ini berasal dari kulit sapi yang disamak chrome dan pada belahan atas (nerf) digosok sedikit sehingga jikalau diraba akan terasa ibarat beludru.
- Kulit chevrau. Kulit ini dibentuk dari kulit kambing yang disamak chrome yang dipakai sebagai materi kulit atasan. Kulit ini biasa juga disebut kulit glase.
- Kulit chevrette. Kulit ini berasal dari domba yang disamak chrome. Kekuatannya sedikit berada dibawah kulit chevrau sehingga kebanyakan dibentuk untuk jenis sepatu rumah.
Menurut Aten (1966), pengawetan dengan cara penggaraman terbagi menjadi penggaraman kering (dry salting) dan penggaraman berair (wet salting). Stanley (1993), menambahkan bahwa peng garaman merupakan metoda pengawetan yang paling gampang dan efektif. Reaksi osmosis dari garam mendesak air keluar dari kulit sampai tingkat kondisi yang tidak memungkinkan pertumbuhan bakteri. Kulit mentah segar bersifat gampang busuk lantaran merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembangbiaknya organisme. Kulit mentah tersusun dari unsur kimiawi seperti: protein, karbohidrat, lemak, dan mineral. Oleh lantaran itu, perlu dilakukan proses pengwetan kulit sebelum kulit diolah lebih lanjut. Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Dengan demikian, kulit binatang yang gampang busuk sanggup menjadi tahan terhadap serangan mikroorganisme (Judoamdjojo, 1981).
Prinsip prosedur penyamakan kulit yaitu memasukkan materi penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara materi penyamak dan serat kulit (Purnomo, 1985). Menurut Muslich (1999), teknik penyamakan kulit dikelompokkan menjadi 3 tahapan, yaitu proses pra-penyamakan, penyamakan, dan pasca penyamakan.
Proses pra-penyamakan (beam open house operation) mencakup perendaman, pengapuran, pembuatan daging, pembuangan kapur, pengikatan proten, pemucatan dan pengasaman (Purnomo, 1985). Perendaman (soaking) merupakan tahapan pertama dari proses penyamakan yang bertujuan mengembalikan kadar air kulit yang hilang selama proses pengawetan sehingga kadar airnya mendekati kadar air kulit segar. Tujuan perendaman yaitu membuang zat padat ibarat pasir, kerikil, parasit, sisa darah, urin, dan kotoran. Pencegahan proses pembusukan dalam perendaman sanggup dilakukan dengan cara mengusahakan biar air perendaman tetap dingin, terutama di demam isu panas perlu dipakai termometer dan penambahan sedikit bakterisida (Mann, 1980).
Tujuan pengapuran yaitu menghilangkan epidermis dan bulu, kelenjar keringat dan lemak, dan menghilangkan semua zat-zat yang bukan kolagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak. Oleh lantaran semua proses penyamakan sanggup dikatakan berlangsung dalam lingkungan asam maka kapur di dalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan akan mengganggu proses penyamakan. Proses buang daging (fleshing) bertujuan menghilangkan sisa-sisa daging (subcutis) dan lemak yang masih menempel pada kulit. Proses buang bulu (scudding) bertujuan menghilangkan sisa-sisa bulu beserta akarnya yang masih tertinggal pada kulit (Muslich, 1999).
Pembuangan kapur (deliming) bertujuan untuk menurunkan pH yang disebabkan sisa kapur yang masuk masih terdapat pada kulit (Purnomo, 1985). Proses buang kapur biasanya memakai garam ammonium sulfat (ZA). Garam itu memudahkan proses pembuangan kapur lantaran tidak ada pengendapan-pengendapan dan tidak terjadi pembengkakan kulit (Muslich,1999).
Pelumatan (bating) bertujuan untuk membuka atau melemaskan kulit lebih tepat secara enzimatik. Bahan yang dipakai yaitu oropon atau enzilen, yaitu materi yang dibentuk dari pankreas dan garam-garam ammonium sebagai aktivator (Judoamidjojo, 1974). Menurut Purnomo (1985), tujuan dari proses bating yaitu menghilangkan sisa-sisa akar bulu dan pigmen, sisa lemak yang tidak tersambungkan, dan menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.
Proses Bating diharapkan terutama untuk pembuatan kulit halus dan lemas, contohnya kulit box, pakaian, dan sarung tangan (Muslich, 1999). Menurut Mann (1980), waktu batingyang berlebihan sanggup mengakibatkan kulit menjadi lepas dan menipis lantaran banyak protein yang terhidrolisis sehingga menjadikan kekuatan tarik menjadi rendah.
0 Response to "Proses Cara Menyamak Kulit Dan Macam-Macam Produk Penyamakan Kulit"