Jalak Bali Salah Satu Burung Yang Langka Di Dunia

Burung Jalak Bali, siapa yang tidak pernah dengar burung ini, semua niscaya mengetahui burung langka dari Indonesia, burung istimewa yang paling di lindungi kehidupannya.

Burung bagus dan menawan yang satu ini, di alam aslinya hanya sanggup ditemukan di Pulau Bali, tidak ada di tempat lain di dunia, beliau yaitu Si Jalak BALI, burung yang memang jarang ditemukan dan konon katanya sudah hampir punah dan sanggup dihitung populasinya.

  

Melihat burung yang satu ini tampaknya tidak membosankan, lihat saja di tempat seputar matanya yang biru terang, bukan biru ibarat habis digebuki, sangat kontras dengan warna tubuhnya yang putih salju.

Warna hitam di ujung sayap dan ekor seolah menjadi aksen perhiasan yang pas. Belum lagi jambulnya, yang selalu rapih seakan ada yang menyisirnya setiap saat.

Jalak bali (Leucopsar rothschildi) bukan saja hanya sekedar unik, akan tetapi sangat AMAT unik alasannya yaitu Jalak bali yaitu satu-satunya jenis burung dalam marga Leucopsar yang masuk dalam keluarga jalak.

Lebih dahsyat lagi, inilah jenis jalak yang paling langka (di alam) di dunia, bahkan mungkin kini sudah jadi salah satu burung paling langka di dunia. 

Bagaimana tidak  langka, walaupun berapa persisnya jumlahnya di alam ada beberapa versi dan data hasil sensus terbaru juga entah ada di mana, tetapi angka yang paling banyak diterima yaitu di bawah 10 ekor (mohon koreksinya kalau salah), bahkan pada tahun 2001 katanya jumlahnya tinggal 6 ekor lagi. Selain itu dari semua Jalak bali yang kini ada di alam, banyak yang berkeyakinan semuanya sudah pernah mencicipi hidup dalam sangkar. 

Tak ada Jalak bali yang benar-benar pernah hidup bebas semenjak menetas. Lha kok bisa? Itulah dia, suara burung ini boleh saja tak indah tetapi kecantikan tubuhnya yaitu penyebab kesengsaraannya. 

Burung ini diburu dengan gencar alasannya yaitu harganya yang sangat tinggi di pasaran, yang seharusnya tak boleh ada. 

Secara resmi burung ini termasuk dalam daftar binatang yang dilindungi oleh undang-undang. 

Memiliki tanpa ijin, hidup atau mati atau bahkan mempunyai bagian-bagian tubuhnya saja bisa-bisa sanggup hadiah kurungan 10 tahun penjara atau denda sampai seratus juta rupiah. 

Gentarkah para pemburu itu? Ijinkanlah saya untuk tersenyum-senyum saja sebagai tanggapan dari pertanyaan itu. Entah sudah berapa kali sentra rehabilitasi burung ini yang ada di Taman Nasional Bali Barat sana dijarah, penjaganya ditembaki, burung-burung yang akan dilepas kembali ke alam di angkut maling, dan sarang-sarang Jalak bali di alam dijarah.

Burung ini sendiri gotong royong tak sulit untuk berkembang biak. 

Pada beberapa kebun binatang di Indonesia maupun di luar negri ada cukup banyak jumlahnya, sangat banyak malah. 

Sekali bertelur sanggup mencapai 5 telur, walaupun seringnya sih hanya dua atau tiga butir saja yang dierami selama 21 sampai 28 hari. 

Lantas 20 harian kemudian sang anak burung sudah sanggup berpisah dari induknya. Soal makan juga ndak rewel, Jalak bali sanggup makan serangga, buah, biji dan bahkan madu kembang. Burung dalam kurungan kadang diberi makan pepaya, ya disantap juga.

Nah sekarang, itu aturan dihentikan memelihara Jalak bali kok kayaknya ya cuma aturan saja, burungnya masih ada di pasar (walaupun disembunyikan), burungnya cantik, apa sampeyan lantas berminat mengandanginya di rumah? 

Baiklah, tak patuh aturan (karena tidak takut), tak ada rasa belas kasihan pada si burung, tapi apa sampeyan berani sama penyakit? Jalak Bali diketahui sanggup membawa atoxoplasmosis, haemochromatosis, cacar burung, dan cacing termasuk cacing pita. 

Masih ndak takut juga? Apakah pernah terpikir kemungkinan terburuk yang terjadi? Sampeyan ketangkep, masuk kurungan atau di denda berjuta-juta begitu dan cacingan.

Sudahlah, burungnya nyaris punah dan dikategorikan dalam kategori keterancaman tertinggi “Kritis” (Critically Endangered), ada banyak upaya yang harus dilakukan dan berdasarkan saya upaya pertama yaitu menjaga apa-apa yang tersisa di alam itu dari jarahan maling burung. 

Burungnya sendiri termasuk burung tahan banting, rumahnya di alam masih ada, makanannya masih ada juga, tinggal malingnya saja yang perlu dibedil …. sayangnya saya ndak boleh mbedil maling Jalak Bali.

Itulah kutipan yang saya ambil dari artikel : Sir Mbilung dalam blognya di:http://ndobos.blogdrive.com