Latest News

Kiat Semoga Breeding Dapat Efisien Dan Murah Biaya Ala Australia

Seperti halnya di Indonesia, kepingan utara benua Australia atau yang lebih dikenal dengan sebutan North Teritory juga punya ekspresi dominan hujan dan ekspresi dominan kering. Dari sinilah kita banyak mengimpor sapi Australia jenis Brahman cross sebab tidak perlu pembiasaan khusus untuk sapinya mengikuti iklim yang serupa. Musim hujan berlangsung dari simpulan September hingga Maret, di masa ini sulit menggiring serta mengumpulkan sapi ke sangkar atau ke yard, pasalnya jalanan tidak sanggup diakses. Sehingga semua sapi di paddock. Selain itu, di ekspresi dominan hujan sapi-sapi memasuki masa breeding, kawin dan melahirkan pedet. Karena itu di periode tersebut sapi relatif mahal.

Mengapa Biaya Breeding di Indonesia Mahal?

Bayangkan saja jikalau untuk mengawinkan sapi, Indonesia lebih mengandalkan kawin suntik (Inseminasi Buatan/IB). Karena itu, abjad sapi-sapi di Indonesia identik dengan tali keluh, biasa bersentuhan dengan manusia, ongkos produksi pun tinggi baik untuk pakan, tenaga kerja maupun perawatan lainnya. Sebagian pihak meyakini cara budiaya sapi Indonesia ini cocok untuk tujuan penggemukan sebab sapi tak banyak gerak dan diberi pakan tinggi protein. Sementara untuk pengembangbiakan, cara ini menelan biaya yang tinggi selama perawatan induk hingga menghasilkan 1 pedet. Makara salah satu penyebab biaya breeding di Indonesia mahal yaitu sebab harga pakan yang mahal dan tenaga kerja yang tidak sedikit sehingga head costnya tinggi. Disamping itu juga tingkat ajal dan sakit pedet di negara kita masih tinggi.

Mengapa Breeding di Australia Bisa Berbiaya Murah?

Paruh utara Benua Australia (26 ͦ lintang selatan) menyerupai nirwana bagi sapi jenis Brahman dan Brahman Cross (Bx). Sapi dari keluarga Bos Indicus ini banyak ditemui di tempat tersebut yang cuacanya cenderung mendekati iklim tropis, utamanya di negara kepingan Queensland (timur), Northern Territory (utara) dan sedikit Western Territory (barat). Ditambah lagi, preferensi pasar utama sapi potong asal Australia yaitu Indonesia –tetangga paling bersahabat dengan kepingan utara— lebih menentukan sapi-sapi Bos Indicus ketimbang Bos Taurus. Maka jadilah sapi Bx berkembang subur di wilayah tersebut. Catatan NTCA (Northern Territory Cattle Association) menunjukkan, 60 – 70 % dari total populasi sapi Australia ada di kepingan utara ini.

Keterangan ini diungkapkan Tracey Hayes– CEO of NTCA, yang atas seruan Pemerintah Australia berkesempatan mengikuti pribadi kegiatan Skills Developmentbagi peternak Indonesia di Queensland (QL) dan Northern Territory (NT) beberapa waktu lalu. Kegiatan ini garapan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (Department of Foreign Affairs and Trade/DFAT) Australia, dalam kerangka “Indonesia-Australia Partnership on Food Security in the Red Meat and Cattle Sector”.

Sebagai tempat perjuangan breeding (pembibitan) dan pengembangbiakan sapi, Australia dikenal sangat efisien, bisa menghasilkan anakan dengan ongkos produksi yang rendah. Ini dikarenakan sistem budidaya hampir semua menerapkan budidaya ekstensif, sistem pastura. Sehari-hari ribuan sapi dilepasliarkan di paddock (padang gembalaan) yang luasnya puluhan bahkan ratusan ribu hektar. Sepanjang tahun sapi bebas berkeliaran di areal lahan ribuan hektar yang hanya dibatasi pagar kawat, dan dengan sendirinya akan kawin secara alami dan beranak pinak. Tidak perlu memberi pakan, sebab asupan sepenuhnya mengandalkan acara merumput yang tersedia ad libitum (tak terbatas) tumbuh di paddock.

Beberapa penyebab dan faktor pendukung murahnya biaya breeding di Australia antara lain: Sepanjang tahun sapi dilepasliarkan di areal lahan ribuan hektar yang dengan sendirinya akan kawin secara alami dan beranak pinak. Tidak perlu memberi pakan, asupan sepenuhnya mengandalkan acara merumput yang tersedia ad libitum tumbuh di paddock. Dengan cara ini peternak Australia tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak yang berarti head cost nya sangat rendah.

Tenaga kerja juga tidak banyak. Paul Herrod misalnya, pemilik “Ballongilly Farm”, breeding sapi pejantan (bull) dan juga peternakan pengembangbiakan sapi-sapi komersil di Katherine, NT-Australia. Dalam mengelola puluhan ribu sapinya, Herrod cukup mengandalkan 5 orang anggota keluarganya, yang terdiri atas dia, istri dan 3 anaknya. Demikian juga Kelvin Harriman, pemilik “Thagoona Station” GI Brahman Stud, pembibitan bull jenis Brahman yang berlokasi di Muttaburra, Central Western-QL, sekitar 150 km dari Longreach, QL. Urusan peternakan hampir seribu sapi sanggup ia rampungkan hanya bersama istri dan ibunya.

Hayes mengemukakan, abjad peternakan di Australia sangat berbeda dengan cara budidaya ternak sapi di Indonesia yang kepemilikannya bisa dihitung dengan jari tangan, biasa dikandangkan dan hanya sesekali dikeluarkan untuk di-angon. “Karena luasan lahan di Indonesia terbatas, berbeda dengan NT, Australia yang belahan benua dan kepemilikan peternak atas lahan sangat luas,” komentarnya. Kebutuhan pakan sapi-sapi di Indonesia mutlak mengandalkan pinjaman peternak atau pengelola dari memotong rumput di sawah atau membeli.

0 Response to "Kiat Semoga Breeding Dapat Efisien Dan Murah Biaya Ala Australia"

Total Pageviews