Latest News

Lokasi Dan Alamat Pasar Binatang Payakumbuh

Pasar Hewan Payakumbuh, Kapan Hari Pasarannya?

Pasar ternak yang terletak di Payobasuang Payakumbuh timur merupakan pasar binatang terbesar. Pasar ternak kota Payakumbuh beroperasi setiap hari ahad dari pagi hingga sore hari. Pasar ternak dipenuhi oleh para pedagang sapi, peternak dan jagal sapi yang tiba dari banyak sekali tempat mulai dari Kabupaten 50 Kota, Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi dan daerah-daerah sekitarnya. Di demam isu menjelang Hari Raya Qurban, pasar ini juga didatangi oleh pedagang sapi dari propinsi Riau dan Kepulauan Riau untuk memenuhi stock Qurban di wilayah mereka.
Basarosok ialah istilah yang dipakai dalam transaksi tawar menawar di pasar ternak kota Payakumbuh.
Jenis sapi yang diperjual belikan di pasar ini cukup beragam, mulai dari Simental, Kerbau, Sapi Bali, Brahman, Peranakan Onggole dan sapi lokal yang dikenal dengan sebutan sapi Pesisir. Daerah Payakumbuh dan sekitarnya memang populer sebagai pusat sapi jenis Simental dengan kualitas yang bagus, sehingga tidak heran kalau perdagangan sapi di pasar ini didominasi oleh sapi Simental.
Para pembeli sapi di Pasar ternak ini tidak hanya berasal dari Payakumbuh dan Limapuluh Kota saja.Tapi juga dari Provinsi tetangga. 400-500 ekor sapi setiap hari Minggu diperjual belikan.

Harga sapi sangat bervariasi tergantung umur, jenis, dan beratnya. Harga pedet umur sekitar 8 bulan ibarat gambar diatas berkisar antara 13 – 14.5 juta rupiah. Sementara sapi ukuran sedang dan besar dikisaran harga Rp. 46.000 s/d Rp.52.000/kg berat hidup. Transaksi di pasar ini dilakukan dengan sistem taksir (jogrokan) bukan timbangan hidup, oleh alasannya ialah diharapkan keahlian khusus dan pengalaman dalam menaksir beratnya..
Dalam Marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah. Semisal, pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp 5,5 juta, maka ia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, lima jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp 10 juta dikurangi Rp 5 juta. Sedangkan untuk memperlihatkan Rp 500 ribu, lima jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 5,5 juta.
Payakumbuh punya potensi yang besar untuk pengembangan peternakan sapi alasannya ialah selain mudahnya mendapat pedet (bakalan sapi), sumber hijauan ibarat rumput dan jerami juga melimpah
.

Tradisi Tawar Menawar Unik Di Pasar Hewan 
Marosok. Transaksi tawar menawar yang terjadi antara satu pedagang dan satu pembeli dilakukan tanpa suara, mengandalkan aba-aba tangan yang ditutup oleh sarung, handuk, baju, ataupun topi tanpa mengeluarkan suara. Hanya anggukan atau gelengan yang terlihat.

Jangan berspekulasi bahwa pedagang maupun pembeli penyandang bisu atau tuli, mereka normal. Namun inilah tradisi yang bebuyutan diberlakukan, meski zaman sudah mengenal telepon genggam. Tradisi ini dinamakan Marosok, sistem jual beli ternak sapi dengan menggunakan aba-aba tangan.

Kegiatan Marosok sendiri berlangsung antara penjual dan pembeli ibarat orang bersalam-salaman namun tangan mereka ditutup. Umumnya, sarung dipakai sebagai epilog tangan mereka, meski beberapa ada yang menggunakan peci ataupun baju. Hal terpenting, transaksi yang menggunakan jari jemari mereka tidak terlihat oleh pembeli ataupun pedagang yang berseliweran di sana.

Kegiatan ini memang bertujuan supaya harga ternak yang dibeli pembeli tidak diketahui oleh banyak orang. Persoalan harga menjadi diam-diam antara pembeli dan penjual saja. Salah satu tempat yang masih menjaga cara berdagang sapi ibarat ini dapat ditemui di pasar ternak Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Tontonan menarik saat melihat tawar menawar yang berlangsung, di mana penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyang ke kiri dan ke kanan. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling melepaskan. Sebaliknya, kalau harga belum cocok, tangan tetap menggenggam dekat tangan yang lain seraya memperlihatkan harga gres yang dapat disepakati.

Dalam Marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah. Semisal, pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp 5,5 juta, maka ia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, lima jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp 10 juta dikurangi Rp 5 juta. Sedangkan untuk memperlihatkan Rp 500 ribu, lima jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 5,5 juta.

Jika pembeli ingin menawar seharga Rp 5,2 juta, maka ia cukup menggenggam dua jari dan menggoyangnya ke kiri. Kalau ingin ditambah Rp 50 ribu lagi, pemilik ternak akan memegang satu ruas jempol si pembeli sambil mematahkannya ke bawah, maka harga ternak itu menjadi Rp 5,25 juta.

Untuk membeli Sapi, berat sapi tak ditentukan dengan timbangan. Di pasar ternak ini, semua timbangan tak mempunyai fungsi. Harga sapi hanya menurut pengamatan, problem berat sapi dikesampingkan. Jika cocok, transaksi terjadi.

Tujuan Marosok sendiri ialah biar orang lain tak melihat proses transaksi tersebut. Dengan begitu, harga ternak hanya diketahui antara penjual dan pembeli. Setidaknya ini cara untuk 'menghargai' pedagang dan pembeli lain.

Tak ada yang tahu persis Marosok muncul, namun sejumlah pedagang ternak meyakini tradisi ini sudah dimulai semenjak zaman raja-raja di Minangkabau dan diterima secara turun temurun.

0 Response to "Lokasi Dan Alamat Pasar Binatang Payakumbuh"

Total Pageviews