Upaya Melestarikan Kuda Sandelwood Sumbawa Dengan Parade 1001 Kuda Sandelwood
Selama ini kita mungkin hanya mendengar ihwal ternak kuda sumbawa sebagai penghasil susu kuda liar yang dipercaya banyak mempunyai manfaat bagi kesehatan. Jarang yang tahu bahwa kuda sumbawa ada beberapa jenis dan salah satunya yaitu kuda sandelwood ini. Belakangan kuda sandelwood menjadi sorotan alasannya populasinya yang semakin berkurang di Sumbawa. Dan salah satu upaya untuk menarik minat masyarakat sumbawa untuk kembali memelihara dan meningkatkan populasi kuda sandelwood yaitu diadakannya parade 1001 kuda sandelwood di Sumbawa.
Budayawan asal Sumba Pater Robert Ramone, CSsR menyampaikan populasi kuda Sandelwood di pulau Sumba terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.
"Kalau merujuk pada masa kecil saya pada tahun 70-an populasi kuda Sandelwood itu masih sangat banyak kalau dibandingkan dengan ketika ini," katanya di Kupang, Jumat (14/7).
Ia menceritakan ketika ia masih berada di dingklik sekolah setiap ekspresi dominan kemarau di sejumlah pada rumput ratusan ekor kuda jenis Sandelwood berkumpul untuk mencari makanan. Namun dalam sepuluh tahun terakhir populasi kuda itu terus berkurang dan hal itu menurutnya diakibatkan banyak masyarakat yang menjual kuda tersebut ke luar dari Sumba.
"Sayang sekali kalau kuda ini terus dijual keluar, alasannya kalau tidak dipertahankan populasi kuda Sandelwood akan semakin berkurang dan habis," tuturnya.
Walaupun kuda Sandelwood semakin berkurang, namun populasi kuda pada umumnya tetap tinggi khususnya di Sumba penggalan Timur. Sebab menurutnya, hampir semua rumah tangga mempunyai kuda yang jumlahnya berkisar dari dua hingga tiga ekor bahkan lebih dari itu.
Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah mencatat hingga ketika ini populasi kuda di tempat itu mencapai 7.000 ribu ekor kuda. "Jumlah tersebut campuran dari kuda Sandelwood dan kuda pacu yang tinggi dan kuda Sandelwoo jumlahnya kurang lebih 20 persen dari jumlah tersebut," ujar Bupati Sumba Tengah Umbu S Pateduk.
Jika dibandingkan dengan populasi kuda di Sumba Barat Daya, jumlah kuda Sumba Tengah masih terbilang lebih banyak. Karena jumlahnya hanya mencapai 251 ekor kuda. Melihat jumlah tersebut Budayawan sekaligus biarawan Nasrani itu menilai bahwa Parade Kuda Sandelwood sanggup membantu meningkatkan populasi kuda itu sendiri khususnya kuda Sandelwood. Ia pun mengusulkan biar masyarakat di Sumba terus menyayangi kuda Sandelwood dan semakin gemar memeliharanya mengingat Kuda Sumba ketika ini menjadi salah satu branding pariwisata di NTT.
Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah menilai pergelaran Parade 1001 Kuda Sandelwood di tempat itu sanggup membantu masyarakat Sumba untuk mempertahankan kebudayaan Sumba yang sempat hilang namanya.
"Sebenarnya parade ini bukan hanya sebagai penggalan dari parade biasa, namun mempunyai makna filosofi yang berpengaruh yakni kembali memperkuat budaya kita akan kuda Sandelwood itu sendiri yang sudah menjadi kekuatan masyarakat di pulau Sumba," kata Bupati Sumba Tengah Umbu S Pateduk ketika ditemui di Waibakul, Sumba Tengah, Rabu (5/7).
Ia menjelaskan, dalam masa memasuki masa globalisasi dan menghadapi masa persaingan maka sebetulnya sebuah kekuatan yang mempunyai nilai hemat dan nilai budaya harus dipertahankan.
Kuda Sandelwood, lanjutnya hanya ada di pulau Sumba, dan tidak ada di daerah-daerah lain di Indonesia. Oleh alasannya itu parade itu akan sangat membantu menjaga budaya akan kuda tersebut.
"Tetapi kalau mau jujur, kuda itu sendiri dianggap oleh masyarakat Sumba tidak hanya simbol peradaban orang Sumba, tetapi juga menjadi salah satu kekuatan ekonomi," tuturnya.
Artinya bahwa kalau dikelola dengan baik, sanggup membebaskan masyarakat Sumba dari dilema kemiskinan, tidak hanya bagi masyarakat Sumba Tengah tetapi seluruh masyarakat di salah satu pulau terbesar di NTT itu.
Bupati dua periode ini juga menilai bahwa pihaknya justru menilai parade kuda Sandelwood bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, tetapi juga penggalan dari mempertahankan kearifan lokal serta kekuatan lokal.
Asisten II Sekda Provinsi Nusa Tenggara Timur Alesander Sena ditemui di Waibakul, menilai parade Kuda Sandelwood merupakan kesempatan baik yang harus dimanfaatkan secara baik oleh seluruh pemerintah tempat di pulau Sumba untuk memperkenalkan banyak sekali potensi wisatanya.
"Banyak potensi wisata yang tersebunyi. Momen ini merupakan ketika yang cantik untuk mempromosikan wisata di setiap kabupaten yang belum terekspos oleh sejumlah media massa atau wisatawan," ujarnya.
Menurutnya ketika ini pariwisata sedang menjadi perhatian pemerintah pusat. Banyak biaya yang dipakai biar pariwisata di NTT sanggup dikembangkan dengan baik.
Selain parade kuda Sandelwood, ada juga festival tenun ikat, serta tour de flores 2017 yang akan dilaksanakan usai pergelaran kedua aktivitas itu.
Sumber : Antara, republika.co.id
Selama ini kita mungkin hanya mendengar ihwal ternak kuda sumbawa sebagai penghasil susu kuda liar yang dipercaya banyak mempunyai manfaat bagi kesehatan. Jarang yang tahu bahwa kuda sumbawa ada beberapa jenis dan salah satunya yaitu kuda sandelwood ini. Belakangan kuda sandelwood menjadi sorotan alasannya populasinya yang semakin berkurang di Sumbawa. Dan salah satu upaya untuk menarik minat masyarakat sumbawa untuk kembali memelihara dan meningkatkan populasi kuda sandelwood yaitu diadakannya parade 1001 kuda sandelwood di Sumbawa.
Budayawan asal Sumba Pater Robert Ramone, CSsR menyampaikan populasi kuda Sandelwood di pulau Sumba terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.
"Kalau merujuk pada masa kecil saya pada tahun 70-an populasi kuda Sandelwood itu masih sangat banyak kalau dibandingkan dengan ketika ini," katanya di Kupang, Jumat (14/7).
Ia menceritakan ketika ia masih berada di dingklik sekolah setiap ekspresi dominan kemarau di sejumlah pada rumput ratusan ekor kuda jenis Sandelwood berkumpul untuk mencari makanan. Namun dalam sepuluh tahun terakhir populasi kuda itu terus berkurang dan hal itu menurutnya diakibatkan banyak masyarakat yang menjual kuda tersebut ke luar dari Sumba.
"Sayang sekali kalau kuda ini terus dijual keluar, alasannya kalau tidak dipertahankan populasi kuda Sandelwood akan semakin berkurang dan habis," tuturnya.
Walaupun kuda Sandelwood semakin berkurang, namun populasi kuda pada umumnya tetap tinggi khususnya di Sumba penggalan Timur. Sebab menurutnya, hampir semua rumah tangga mempunyai kuda yang jumlahnya berkisar dari dua hingga tiga ekor bahkan lebih dari itu.
Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah mencatat hingga ketika ini populasi kuda di tempat itu mencapai 7.000 ribu ekor kuda. "Jumlah tersebut campuran dari kuda Sandelwood dan kuda pacu yang tinggi dan kuda Sandelwoo jumlahnya kurang lebih 20 persen dari jumlah tersebut," ujar Bupati Sumba Tengah Umbu S Pateduk.
Jika dibandingkan dengan populasi kuda di Sumba Barat Daya, jumlah kuda Sumba Tengah masih terbilang lebih banyak. Karena jumlahnya hanya mencapai 251 ekor kuda. Melihat jumlah tersebut Budayawan sekaligus biarawan Nasrani itu menilai bahwa Parade Kuda Sandelwood sanggup membantu meningkatkan populasi kuda itu sendiri khususnya kuda Sandelwood. Ia pun mengusulkan biar masyarakat di Sumba terus menyayangi kuda Sandelwood dan semakin gemar memeliharanya mengingat Kuda Sumba ketika ini menjadi salah satu branding pariwisata di NTT.
Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah menilai pergelaran Parade 1001 Kuda Sandelwood di tempat itu sanggup membantu masyarakat Sumba untuk mempertahankan kebudayaan Sumba yang sempat hilang namanya.
"Sebenarnya parade ini bukan hanya sebagai penggalan dari parade biasa, namun mempunyai makna filosofi yang berpengaruh yakni kembali memperkuat budaya kita akan kuda Sandelwood itu sendiri yang sudah menjadi kekuatan masyarakat di pulau Sumba," kata Bupati Sumba Tengah Umbu S Pateduk ketika ditemui di Waibakul, Sumba Tengah, Rabu (5/7).
Ia menjelaskan, dalam masa memasuki masa globalisasi dan menghadapi masa persaingan maka sebetulnya sebuah kekuatan yang mempunyai nilai hemat dan nilai budaya harus dipertahankan.
Kuda Sandelwood, lanjutnya hanya ada di pulau Sumba, dan tidak ada di daerah-daerah lain di Indonesia. Oleh alasannya itu parade itu akan sangat membantu menjaga budaya akan kuda tersebut.
"Tetapi kalau mau jujur, kuda itu sendiri dianggap oleh masyarakat Sumba tidak hanya simbol peradaban orang Sumba, tetapi juga menjadi salah satu kekuatan ekonomi," tuturnya.
Artinya bahwa kalau dikelola dengan baik, sanggup membebaskan masyarakat Sumba dari dilema kemiskinan, tidak hanya bagi masyarakat Sumba Tengah tetapi seluruh masyarakat di salah satu pulau terbesar di NTT itu.
Bupati dua periode ini juga menilai bahwa pihaknya justru menilai parade kuda Sandelwood bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, tetapi juga penggalan dari mempertahankan kearifan lokal serta kekuatan lokal.
Asisten II Sekda Provinsi Nusa Tenggara Timur Alesander Sena ditemui di Waibakul, menilai parade Kuda Sandelwood merupakan kesempatan baik yang harus dimanfaatkan secara baik oleh seluruh pemerintah tempat di pulau Sumba untuk memperkenalkan banyak sekali potensi wisatanya.
"Banyak potensi wisata yang tersebunyi. Momen ini merupakan ketika yang cantik untuk mempromosikan wisata di setiap kabupaten yang belum terekspos oleh sejumlah media massa atau wisatawan," ujarnya.
Menurutnya ketika ini pariwisata sedang menjadi perhatian pemerintah pusat. Banyak biaya yang dipakai biar pariwisata di NTT sanggup dikembangkan dengan baik.
Selain parade kuda Sandelwood, ada juga festival tenun ikat, serta tour de flores 2017 yang akan dilaksanakan usai pergelaran kedua aktivitas itu.
Sumber : Antara, republika.co.id
0 Response to "Kuda Sandelwood Sumba, Populasinya Semakin Menurun"