Latest News

Dampak Jelek Stres Panas Pada Ternak Sapi Dan Cara Mengatasinya

Waspadai Serangan Stres Panas Pada Ternak Sapi Saat Memasuki Musim Kemarau
Daerah tropis yang hanya mempunyai 2 ekspresi dominan yaitu ekspresi dominan panas dan ekspresi dominan penghujan sering mengalami perubahan usang ekspresi dominan yang berubah-ubah. Kadang ekspresi dominan hujan lebih panjang kadang pula didaerah tertentu ekspresi dominan kemaraunya yang lebih panjang. Saat ekspresi dominan hujan agak panjang kemungkinan besar tidak akan terjadi stres panas pada ternak sapi. Tetapi ketika ekspresi dominan kemarau lebih panjang dengan suhu udara yang lebih panas maka serangan stres panas pada sapi sangat rentan terjadi dan ini berakibat jelek terhadap performance produksi sapi. Apa saja jawaban jelek dari stres panas pada ternak sapi dan bagaimana cara mengatasi hal tersebut? Simak pembahasan wacana stres panas pada ternak sapi yang diambil dari beberapa sumber dibawah ini, semoga bermanfaat.

Kenali Gejala Stres Panas Pada Sapi dan Evaporasi pada Ternak
Menurut Sugeng (1998), suhu tubuh normal untuk anak sapi ialah 39,50C-400C, sedangkan untuk anak sapi cukup umur 380C-39,50C. Suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan, jenis kelamin dan kondisi ternak. Sugeng (1998) menjelaskan bahwa ternak mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh untuk memelihara suhu tubuhnya dari efek luar.
Pada tahun 2006 di California gelombang panas mencapai 380C dengan menewaskan 25.000 sapi perah (AFP,2006). Dampak dari gelombang panas tersebut setara dengan 1500 dolar untuk 2500 per kepala atau antara 37,5 dan 62,5 juta dolar. Selain itu produksi susu yang menurun serta maut sapi perah yang meningkat. Dampak stress panas pada susu dan penggemukan sapi telah menjadi problem yang berkelanjutan. Dengan demikian suhu yang meningkat bisa menjadikan stress pada ternak, penyebab dari pemanasan global Temperatur rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global semenjak pertengahan kurun ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah beling jawaban acara manusia" melalui imbas rumah kaca. Terjadinya imbas rumah beling (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas menyerupai karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC, sehingga sebagian panas ( berasal dari energi matahari) terperangkap di atmosfer bumi jawaban menumpuknya jumlah gas rumah beling tersebut.

Stres banyak dipengaruhi oleh lingkungan, Seperti sifat-sifat fisik lainnya ,panas berpindah berdasar­kan perbedaan konsentrasi, tempat dimana ia berpindah dari tempat panas kedaerah dingin. Beberapa cara perpindahan panas sanggup terjadi antara dua obyek yang berbeda temperaturnya. Karakteristik instristik dari makhluk hidup ialah kemampuan mereka untuk menjaga stabilitas internal contohnya suhu, komposisi darah dan lain-lain. Dibutuhkan energy metabolism untuk mengatur suhu tubuh ternak dalam mengatasi tingkat stress.
Akibat Negatif Dari Stress Panas Pada Ternak Sapi. Sapi yang mengalami heat stress akan mengalami penurunan nafsu makan, peningkatan asupan minum, peningkatan acara pernapasan, serta peningkatan ekskresi air liur, keringat, dan urin. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal tersebut sanggup meningkatkan risiko terjadinya asidosis (penurunan pH darah) dan penurunan asupan materi kering (dry matter intake/DMI). Akibatnya pertumbuhan berat sapi lambat, produksi susu turun, serta terganggunya reproduksi dan kesehatan. 
Komponen lingkungan termal terdiri dari temperature, kelembaban, radiasi (sinar matahari, suhu) dan kecepatan angin. Kemampuan binatang untuk mengatasi kondisi lingkungan sebagai suhu lingkungan dimana animals, rata-rata, dibawah sedikit stress termal, sehubungan dengan faktor-faktor menyerupai pertumbuhan, kinerja produksi dan sebagainya. Suhu yang optimum biologis sehubungan dengan faktor-faktor menyerupai keadaan akimatisasi, usia, jenis kelamin, ukuran atau kondisi iklim mikro. Untuk mengetahui ciri titik stress termal pada ternak kita harus mengetahui jenis, usia, jenis kelamin, keseharan, sejarah termal, efek lingkungan, status gizi, dan kondisi semua iklim mikro yang sanggup mengubah suhu optimum biologis.

Respon fisiologis mencakup temperature inti tubuh, temperature kulit, kecepatan bernafas (frekuensi bernafas, sweting rate konsumsi pakan, performa,produksi) Respon imun, dan respon tingkah laku. Mekanisme termoregulasi sikap yang dimanfaatkan oleh ternak untuk menghilangkan stress panas.
Termoregulasi ialah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang dipakai secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan perubahan suhu cuek atau hangat (Myers, 1984). Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi ialah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya binatang berdarah cuek (cold-blood animals) dan binatang berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang bekerjasama dengan sumber panas utama tubuh hewan.

Indikator stress panas pada ternak tergantung pada tingkat respirasi rectal, Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan bermetamorfosis lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman (Yousef, 1985). Stres panas ini akan kuat terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya efek terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu (Mc Dowell, 1972).

Adapun efek eksklusif terhadap suhu pada ternak mensugesti pada merumput, pengguna masakan dan pengambilan makanan, mensugesti efisiensi pengguna makanan, efek terhadap pertumbuhan. 

Pada sapi perah atau sapi potong di California dengan suhu mencapai 38 derajat Celcius. Ternak tersebut melaksanakan proses bernaung, mengkonsumsi air minum, menghindari sinar matahari. Cekaman panas atau heat stress merupakan kondisi ketika ternak mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan produksi dan pembuangan panas tubuh. Balans antara produksi panas dan kehilangan panas sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan aktivitas. Saat cuek : kontraksi otot skeletal meningkat (di bawah kontrol hypothalamus) “ Shivering thermogenesis “.Saat panas : kontraksi otot dikurangi, lantaran peningkatan temperatur tubuh berasal dari peningkatan metabolisme sel.

Lingkungan yang diukur yaitu temperature dan kelembaban. Terdapat kolerasi antara rectal temperature dan vagina temperature (R2= 0,95).Ada lima tingkat stress pada ternak yaitu 1) no stress, 2) stress ringan, 3) tekanan stress, 4) stress parah, 5) kondisi fatal.

Seperti kita ketahui bersama salah satu faktor yang kuat terhadap keberhasilan pemeliharaan ternak sapi di lapangan ialah kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban udara). ternak sapi pun memerlukan kondisi lingkungan yang nyaman dengan suhu dan kelembaban yang optimal biar sanggup memaksimalkan pertumbuhan berat badan, produksi susu, serta kesehatan reproduksinya. Sapi yang mengalami heat stress akan mengalami penurunan nafsu makan, peningkatan asupan minum, peningkatan acara pernapasan, serta peningkatan ekskresi air liur, keringat, dan urin. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal tersebut sanggup meningkatkan risiko terjadinya asidosis (penurunan pH darah) dan penurunan asupan materi kering (dry matter intake/DMI). Akibatnya pertumbuhan berat sapi lambat, produksi susu turun, serta terganggunya reproduksi dan kesehatan.

Untuk itu, beberapa tindakan yang sanggup dilakukan adalah:
· Menempatkan ternak pada sangkar yang teduh.
· Mengatur kepadatan ternak dalam kandang, serta perhatikan sistem sirkulasi udara di dalamnya.
· Memberikan air minum yang higienis dan segar lantaran kebutuhan air minum pada ketika heat stress akan meningkat berlipat ganda dibandingkan keadaan normalnya.
· Meningkatkan kualitas nilai nutrisi, memperlihatkan pakan yang segar dan bersih, serta meningkatkan jumlah pemberian pakan ketika suhu lingkungan dingin. Peningkatan kualitas pakan yang dimaksud ialah memperlihatkan pakan dengan kandungan energi tinggi, namun rendah serat biar rumen (perut sapi, red) sanggup berfungsi dengan baik.
· Memberikan komplemen mineral, khususnya yang mengandung mineral natrium dan kalium untuk mengganti mineral yang hilang jawaban respirasi/pernapasan, pengeluaran keringat dan atau urin yang berlebih. Contohnya ialah dengan memperlihatkan Mineral Feed Supplement-S.
· Memberikan komplemen vitamin dengan kandungan vitamin B kompleks untuk memaksimalkan proses metabolisme tubuh dan merangsang nafsu makan ternak sapi. Contoh produk yang sanggup diberikan menyerupai Injeksi Vitamin B Kompleks.

Ternak merupakan binatang yang selalu berupaya mempertahankan temperatur tubuhnya pada kisaran yang normal. Mount (1979), menyatakan apabila sapi diekspose pada temperatur 45°C selama 5 jam sehari dalam 21 hari terus-menerus maka mulai hari ke 10 sapi tersebut sudah sanggup beradaptasi dengan temperatur panas sehingga temperatur tubuhnya akan sama menyerupai sebelum diekspose pada panas. Proses mempertahankan temperatur tubuh tersebut tidak berjalan secara eksklusif tetapi melalui proses yang bertahap.

Kelembaban udara dari suatu lingkungan kehidupan ternak merupakan salah satu unsur iklim. Dimana kelembaban lingkungan mensugesti kesehatan ternak. Kelembaban yang terlalu tinggi akan mempertinggi bencana penyakit terusan pernapasan yang pada gilirannya menggunakan biaya perawatan kesehatan yang tinggi pada perjuangan produksi ternak. Kelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menjadikan meningkatnya frekuensi respirasi.

Untuk sapi perah FH, penampilan produksi terbaik akan dicapai pada suhu lingkungan 18,3ºC dengan kelembaban 55%. Bila melebihi suhu tersebut, ternak akan melaksanakan penyesuaian secara fisiologis dan secara tingkah laris (behaviour). Secara fisiologis ternak atau sapi FH yang mengalami cekaman panas akan berakibat pada: penurunan nafsu makan, peningkatan konsumsi minum, penurunan metabolisme dan peningkatan katabolisme, peningkatan pelepasan panas melalui penguapan, penurunan konsentrasi hormon dalam darah, peningkatan temperatur tubuh, respirasi dan denyut jantung (McDowell, 1972), dan perubahan tingkah laris (Ingram & Dauncey, 1985) dan meningkatnya intensitas berteduh sapi (Combs, 1996).

Antara suhu dan kelembaban udara mempunyai hubungan, kekerabatan besaran suhu dan kelembaban udara atau biasa disebut “Temperature Humidity Index (THI)” yang sanggup mensugesti tingkat stres sapi perah. Sapi perah FH akan nyaman pada nilai THI di bawah 72. Jika nilai THI melebihi 72, maka sapi perah FH akan mengalami stres ringan (72 < THI < 79), stres sedang (80 < THI <89 90="" 97="" b="" berat="" dan="" ierema="" stres="" thi="">, 1990).

Daya tahan panas merupakan kemampuan binatang untuk mengatasi jawaban yang ditimbulkan oleh efek kondisi panas (Lee, 1953). Kesanggupan ini ialah acara binatang jawaban ditempatkan di tempat panas, menyerupai yang dikemukakan oleh Mc Dowell (1972), bahwa dalam lingkungan panas binatang akan memperlihatkan reaksi yang ditandai dengan peningkatan kegiatan proses-proses fisiologis tertentu, guna meningkatkan pembuangan panas.

Lubis (1959) mengemukakan, bahwa binatang yang suhu tubuh dan frekuensi pernafasannya gampang naik di tempat panas memperlihatkan rendahnya daya tahan panas. Lebih lanjut produksinya sanggup menurun bila dipindahkan dan dipelihara di tempat yang iklimnya jauh lebih panas, sekalipun produksi di tempat asalnya tinggi.

Penerapan ternak di tempat yang iklimnya sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara optimal. Salah satu unsur penentu iklim ialah suhu lingkungan. Bagi sapi potong yang mempunyai suhu tubuh optimum 38,33 oC, suhu lingkungan 25 oC sanggup menjadikan peningkatan rata-rata pernafasan, suhu rektal dan pengeluaran keringat, yang semuanya merupakan manifestasi tubuh untuk mempertahankan diri dari cekaman panas (Widoretno, 1983).

Daya tahan panas seekor binatang dipengaruhi oleh kelembaban, gerakan udara, radiasi, system reproduksi, umur, keadaan bulu, kebiasaan berteduh, musim, aktifitas dan factor individu (Lee, 1953).

Dalam kondisi yang sangat panas, binatang akan mempertahankan suhu tubuhnya antara lain melalui penguapan air dari dalam tubuh. Salah satu caranya ialah pengeluaran keringat. Makin banyak keringat yang dikeluarkan, binatang makin tidak tahan terhadap cekaman panas atau sanggup dikatakan bahwa daya tahan panasnya rendah ( Guyton, 1976 ).

Daya tahan panas merupakan kemampuan binatang untuk mengatasi jawaban yang ditimbulkan oleh efek kondisi panas (Lee, 1953). Kesanggupan ini ialah acara binatang jawaban ditempatkan di tempat panas, menyerupai yang dikemukakan oleh Mc Dowell (1972), bahwa dalam lingkungan panas binatang akan memperlihatkan reaksi yang ditandai dengan peningkatan kegiatan proses-proses fisiologis tertentu, guna meningkatkan pembuangan panas.

Lubis (1959) mengemukakan, bahwa binatang yang suhu tubuh dan frekuensi pernafasannya gampang naik di tempat panas memperlihatkan rendahnya daya tahan panas. Lebih lanjut produksinya sanggup menurun bila dipindahkan dan dipelihara di tempat yang iklimnya jauh lebih panas, sekalipun produksi di tempat asalnya tinggi.

Penerapan ternak di tempat yang iklimnya sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara optimal. Salah satu unsur penentu iklim ialah suhu lingkungan. Bagi sapi potong yang mempunyai suhu tubuh optimum 38,33 oC, suhu lingkungan 25 oC sanggup menjadikan peningkatan rata-rata pernafasan, suhu rektal dan pengeluaran keringat, yang semuanya merupakan manifestasi tubuh untuk mempertahankan diri dari cekaman panas (Widoretno, 1983).

Daya tahan panas seekor binatang dipengaruhi oleh kelembaban, gerakan udara, radiasi, system reproduksi, umur, keadaan bulu, kebiasaan berteduh, musim, aktifitas dan factor individu (Lee, 1953).

Dalam kondisi yang sangat panas, binatang akan mempertahankan suhu tubuhnya antara lain melalui penguapan air dari dalam tubuh. Salah satu caranya ialah pengeluaran keringat. Makin banyak keringat yang dikeluarkan, binatang makin tidak tahan terhadap cekaman panas atau sanggup dikatakan bahwa daya tahan panasnya rendah ( Guyton, 1976 ).

Keringat merupakan substansi yang dikeluarkan oleh tubuh melalui penguapan dari permukaan kulit, guna menurunkan suhu tubuh yang terlalu tinggi (Mc Dowell, 1972). Dikemukakan pula, bahwa jumlah kelenjar keringat sapi lebih kurang 3,08 buah / cm2 permukaan kulit. Pengeluaran keringat terjadi bila suhu lingkungan telah mencapai 25 0C. Pada permukaan kulit akan terbentuk titik-titik keringat.

Menurut Houpt ( 1970 ), tingkat kehilangan panas per satuan luas permukaan kulit melalui penguapan ataupun konveksi tergantung dari : tekanan uap di permukaan kulit dan di udara, kemampuan udara lingkungan dan rambut menahan penguapan, pergerakan serta suhu udara lingkungan. Berapapun suhu lingkungan, pengupan air selalu terjadi, yakni : - pengeluaran keringat yang tidak sanggup dilihat atau “ Insensible Water Loss “ yang terjadi pada suhu rendah dan - kehilangan air secara terus menerus melalui epidermis atau “ Transepidermal Water Loss “. Dipermukaan kulit kedua cairan ini bercampur dan tidak sanggup dipisahkan. Kemampuan udara lingkungan menguapkan air dari permukaan kulit sangat tergantung pada kelembabannya. Jika kelembaban udara rendah, penguapan akan cepat terjadi. Sebaliknya pada tingkat kelembaban yang tinggi penguapan lambat berlangsung, bahkan tidak terjadi ( Mc. Dowell, 1972 ).

Bila terjadi cekaman panas jawaban temperature lingkungan yang cukup tinggi maka frekuensi pulsus ternak akan meningkat (Esmay, 1969), hal ini bekerjasama dengan peningkatan frekuensi respirasi yang menjadikan meningkatnya acara otot-otot respirasi sehingga mempercepat pemompaan darah kepermukaan tubuh dan selanjutnya akan terjadi pelepasan panas tubuh.

Sirkulasi darah berfungsi membantu peredaran nutrient untuk metabolisme sel tubuh, pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru, berperan dalam proses pembuangan panas melalui radiasi dan konveksi pada permukaan tubuh dan lain sebagainya. Smith (1970) menyampaikan bahwa jumlah pemikiran darah pada kepingan tubuh tergantung dari kebutuhan masing-masing kepingan tubuh. White (9177) menjelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ tubuh menyerupai masakan dan oksigen diharapkan adanya sirkulasi darah yang memadai, lantaran darah merupakan media pengangkut terpenting dalam darah.

Gerakan darah dari jantung terjadi oleh lantaran adanya detakan jantung. Detakan ini disebut denyut nadi atau pulsus (Smetzer dkk, 1970). Frekuensi denyut nadi sanggup dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatkan pada dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya (Smetzer dkk, 1970 dan Bone, 1982).

Menurut Sugeng (1998), suhu tubuh normal untuk anak sapi ialah 39,50C-400C, sedangkan untuk anak sapi cukup umur 380C-39,50C. Suhu tubuh dipengaruhi oleh lingkungan, jenis kelamin dan kondisi ternak. Sugeng (1998) menjelaskan bahwa ternak mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh untuk memelihara suhu tubuhnya dari efek luar.

Pearson (1985); Bell dan Hales (1985) menyatakan, bahwa secara fisiolgis kelelehan sanggup diukur dari meningkatnya temperature suhu rectal. Temperatur rektaldigunakan sebagai ukuran suhu tubuh lantaran suhu rektum dipakai sebagai media ukur, merupakan suhu paling optimal. Dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, aktivitas,pakan, minuman dan pencernaan produksi panas oleh tubuh secara tidak eksklusif (Dukes, 1995). Mangkoewodjojo (1988) menyatakan, bahwa pada keadaan normal temperatur rektal sapi 38.00C hingga 39,00C ; 00C – 38,50C hingga 40.50C (Huteima, 1986), Soerono et al (1978) menyatakan bahwa bahwa temperatur tubuh sapi 37,60C hingga 39,00C. Effendi dan Jazir (1982) menyatakan, bahwa pada pada keadaan normal istirahat denyut nadi sapi 64 kali/menit kemudian sehabis dipekerjakan maka pemakaian oksigen dan denyut nadinya semakin meningkat.

Meningkatnya acara jantung meningkatkan pula produksi panas oleh acara otot, sehingga pada keadaan ini ternak menerima panas bukan hanya dari lingkungannya melainkan juga dari dalam tubuhnya sendiri.

Suhu tubuh binatang homeoterm merupakan hasil keseimbangan dari panas yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Dalam keadaan normal suhu tubuh ternak sejenis sanggup bervariasi lantaran adanya perbedaan umur, jenis kelmin, iklim, panjang hari, suhu lingkungan, aktivitas, pakan, acara pencernaan dan jumlah air yang diminum (Anderson, 1970). Bartholomew (1977) menyatakan bahwa suhu normal ialah panas tubuh dalam zone thermoneutral pada acara tubuh terendah.

Selanjutnya oleh parker (1980) ditambahkan, variasi normal suhu tubuh akan berkurang bila prosedur thermoregulasi telah bekerja tepat dan binatang telah dewasa. Webster dan Wilson (1980) menyampaikan bahwa variasi suhu tubuh 0,6 - 1,2 oC ialah normal. Webster dan Wilson (1980) menyampaikan bahwa suhu tubuh (true body temperature) ialah suhu tempat yang meninggalkan jantung dan suhu rectal umumnya 0.1 – 0,3oC lebih rendah dari suhu tubuh. Walaupun demikian, berdasarkan Anderson (1970), salah satu cara untuk memperoleh citra suhu tubuh ialah dengan melihat suhu rectal dengan pertimbangan bahwa rectal merupakan tempat pengukuran terbaik dan sanggup mewakili suhu tubuh secara keseluruhan sehingga sanggup disebut sebagai suhu tubuh.
Cara Mengatasi Stres Panas Pada Ternak Sapi

Sapi yang berada di luar kondisi nyaman sanggup mengalami stres. Di tempat tropis menyerupai Indonesia, stres banyak diakibatkan oleh panas (heat stress) mengingat suhu udara dan kelembaban harian di beberapa wilayah di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar 28-34ºC dan 60–90%. Sementara jenis sapi yang banyak dipelihara oleh peternak kita, menyerupai sapi potong dan sapi perah jenis FH (Fries Holland), dalam pemeliharaannya memerlukan suhu lebih rendah. Suhu pemeliharaan ideal untuk sapi potong berkisar antara 17-27ºC dengan kelembaban 60-80%. Sedangkan untuk sapi perah jenis FH membutuhkan suhu 18,3ºC dan kelembaban 55%.

Sapi yang mengalami heat stress akan mengalami penurunan nafsu makan, peningkatan asupan minum, peningkatan acara pernapasan, serta peningkatan ekskresi air liur, keringat, dan urin. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal tersebut sanggup meningkatkan risiko terjadinya asidosis (penurunan pH darah) dan penurunan asupan materi kering (dry matter intake/DMI). Akibatnya pertumbuhan berat sapi lambat, produksi susu turun, serta terganggunya reproduksi dan kesehatan.

Untuk itu, beberapa tindakan yang sanggup dilakukan adalah:

Menempatkan ternak pada sangkar yang teduh.

Mengatur kepadatan ternak dalam kandang, serta perhatikan sistem sirkulasi udara di dalamnya.

Memberikan air minum yang higienis dan segar lantaran kebutuhan air minum pada ketika heat stress akan meningkat berlipat ganda dibandingkan keadaan normalnya.

Meningkatkan kualitas nilai nutrisi, memperlihatkan pakan yang segar dan bersih, serta meningkatkan jumlah pemberian pakan ketika suhu lingkungan dingin. Peningkatan kualitas pakan yang dimaksud ialah memperlihatkan pakan dengan kandungan energi tinggi, namun rendah serat biar rumen (perut sapi, red) sanggup berfungsi dengan baik.

Memberikan komplemen mineral, khususnya yang mengandung mineral natrium dan kalium untuk mengganti mineral yang hilang jawaban respirasi/pernapasan, pengeluaran keringat dan atau urin yang berlebih. Contohnya ialah dengan memperlihatkan Mineral Feed Supplement-S.

Memberikan komplemen vitamin dengan kandungan vitamin B kompleks untuk memaksimalkan proses metabolisme tubuh dan merangsang nafsu makan ternak sapi. Contoh produk yang sanggup diberikan menyerupai Injeksi Vitamin B Kompleks.

Sumber:
http://hardianti-jamaluddin.blogspot.co.id
https://info.medion.co.id/artikel-hewan-besar

0 Response to "Dampak Jelek Stres Panas Pada Ternak Sapi Dan Cara Mengatasinya"

Total Pageviews