Mengenal Penyakit Radang Paru-paru (Pneumonia) Pada Pedet, Gejala Pneumonia, Penyebab, Cara Pencegahan dan Cara Mengobatinya
Salah satu penyebab ajal yang tinggi pada pedet (anak sapi) ialah serangan penyakit radang paru-paru atau pneumonia. Penyakit pneumonia pada pedet ini kalau lebih cepat terdeteksi masih ada kemungkinan sanggup diobati hingga sembuh tetapi kalau terlambat mengetahuinya maka akan sangat sulit untuk diobati bahkan resiko utamanya ialah kematian. Pedet yang terjangkit pneumonia parah akan terus merosot bobot tubuhnya lantaran malas makan, leleran ingus yang terus menerus dan kondisi pernafasan yang semakin terganggu lantaran rusaknya paru-paru. Pedet yang telah terjangkit penyakit pneumonia, meskipun sanggup sehat kembali atau sanggup sembuh tetapi biasanya akan mengalami keterlambatan pertumbuhan bobot badannya lantaran kondisi paru-parunya yang sudah kurang normal. Akan sangat lebih bermanfaat kalau sanggup mencegah penyakit ini menyerang pedet daripada mengobatinya sehabis terjangkit apalagi kalau sudah parah.
Mengingat demikian parah imbas dari penyakit peneumonia pada pedet ini maka seyogyanya peternak sapi mengetahui gejala-gejala awal serangan pneumonia semoga sanggup melaksanakan tindakan pengobatan yang efektif melalui tenaga medis / veteriner sehingga sanggup tertolong tidak hingga parah yang berujung pedet mati. Berikut ini beberapa hal penting yang perlu diketahui terkait dengan penyakit pneumonia yang sering menjangkiti pedet terutama pada musim-musim tertentu dan pada umur-umur tertentu (umur masih menyusu).
Apa yang dimaksud penumonia? Radang paru-paru (pneumonia) merupakan radang parenkim yang sanggup berlangsung baik akut maupun kronik ditandai dengan batuk, bunyi asing pada waktu auskultasi, dyspnoe dan kenaikan suhu tubuh. Radang ini disebabkan oleh banyak sekali biro etiologi, radang yang disebabkan kuman terkadang menjadikan terjadinya toksemia. Secara patologi banyak ditemukan bersamaan dengan radang bronchus hingga terjadi bronchopneumonia yang sering terjadi pada hewan.
Faktor-faktor pengelolaan peternakan dan lingkungan binatang sangat besar lengan berkuasa terhadap terjadinya radang paru-paru pada sapi. Penempatan sapi hanya dikandang saja yang lembab dan berdebu dengan ventilasi yang jelek; overcrowding; pedet yang tidak cukup mendapat kolustrum; lingkungan yang cuek serta transportasi merupakan faktor-faktor yang menghipnotis terjadinya radang paru-paru pada sapi. Pada lingkungan yang buruk sering terjadi benjol kuman Pasteurela sp dan Streptococcus sp. Pneumonia yang disebabkan oleh virus pada binatang biasanya bersifat akut. Pada kultur paru-paru binatang yang sudah mati disebabkan pneumonia sering dijumpai adanya kuman Corynobacterium pyogenes, hemolytic staphylococci dan Pseudomonas aeruginosa.
Penyebab Penumonia dan Agen Infeksi Pedet (Sapi), Virus, Bakteri, Jamur dan Parasit
Pada awalnya radang paru-paru ( pneumonia ) didahului tanda-tanda hiperemi pulmonum, diikuti dyspnoe, frekuensi nafas 40-80 kali permenit, tipe nafas bersifat abdominal, napasnya mula-mula dangkal kemudian dalam, batuk, sehabis berlangsung beberapa hari muncul leleran pada hidung, pulsus 60-90 kali per menit, demam ( suhu 42ÂșC ) kenaikan suhu tubuh ini sejalan dengan reaksi tubuh dalm memobilisasi sel-sel darah putih dan berlangsungnya menyerupai antigen-antibodi.
Pada inspeksi terkadang tercium bacin abnprmal dari pernapasan penderita. Bau basi ( halitosis, foxtor ex ero ) sanggup berasal dari runtuhan sel atau dari produk kuman penyebab pneumonia. Bau basi selalu ditemukan pada radang paru-paru yang disertai ganggren.
Pada auskultasi kawasan paru-paru akan terdengar banyak sekali bunyi abnormal. Terdengar bunyi bronchial ( rhonci lembap ) yang seharusnya bunyi vesicular disebabkan alveoli terisi cairan radang. Pada investigasi perkusi pada kawasan paru-paru tidak ditemukan adanya perubahan pada batas-batas kawasan perkusi. Suara resonansi yang dihasilkan bervariasi mulai dari agak pekak pada kawasan yang mengalami hiperemi hingga pekak total pada kawasan yang mengalami hepatisasi.
Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu bahkan sering sekali produksi susu terhenti sama sekali. Penderita tampak lesu, malas berbaring, gelisah, kehilangan nafsu makan dan minum, depresi, terkadang pernapasan dengan mulut, konstipasi dan oligouria.
Patogenesis
Agen-agen benjol memasuki jaringan paru-paru secara inhalasi, hematogen atau limfogen. Berat ringan proses radang tergantung pada jenis, virulensi, dan jumlah biro benjol yang berhasil memasuki jaringan. Infeksi secara hematogen dan limfogen menjadikan terbentuknya foci-foki radang yang letaknya tersebar pada bebrbagai lobus paru-paru. Kejadian akut biasanya disebabkan oleh kuman Pasteurela sp dan Mycoplasma sp sedangkan yang disebabkan jamur atau kuman Mycobacterium sp kebanyakan bersifat kronis dengan pembentukan granuloma. Sedangkan biro benjol yang disebabkan oleh viral berlangsung subklinis yang memerlukan faktor lain dalam patogenesisnya yaitu dengan kolaborasi dengan kuman patogen lain maupun pengelolaan peternakan dan lingkungan yang jelek.
Radang paru-paru akan menjadikan terjadinya hipoksia lantaran terjadi ganguan pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Kompensasi dari hal tersebut binatang akan meningkatkan frekuensi dan intensitas pernafasan. Karena adanya rasa sakit saat bernafas disebabkan meningkatnya kepekaan jaringan yang mengalami radang pernapasan berlangsung cepat dan dangkal.
Adanya hiperemi, paru-paru akan mengalami pemadatan, konsolidasi yang dalam keadaan lanjut terjadi pemadatan yang berkonsistensi menyerupai hati ( hepatisasi). Pada uji apung jaringan yang berkonolidasi akan melayang ataupun tenggelam. Adanya eksudat pada susukan pernafasan akan menjadikan batuk bagi jaringan yang peka, lantaran eksudat ini bila dilakukan auskultasi akan terdengar bunyi ronchi lembap dan hilangnya bunyi vesikuler. Selain itu pernafasan yang normalnya tipe kostoabdominal akan bermetamorfosis tipe abdominal.
Pemeriksaan patologi
Pemeriksaan makroskopis pada paru-paru tampak perubahan warna mulai yang dari kemerahan hingga menjadi abu-abu dan kuning bahkan terjadi hepatisasi merah, konsistensinya bermetamorfosis menyerupai hati yang lentur bahkan mengalami kerapuhan. Pada pengirisan paru-paru ditemukan adanya eksudat mulai dari serous hingga mukopurulen, jaringan parenkim tampakmengalami kongesti dan hepatisasi. Pada uji apung akan melayang atau tenggelam, dan ditemukan inklusi bodi pada pneumonia yang disebabkan virus.
Diagnosis
Dengan pengambilan swab pada batang tenggorokan dan bronchus. Deferensial diagnosa pada pneumonia mencakup gangguan jantung, hiperemi pulmonum, oedema pulmonum, emfisema pulmonum dan laringo-tracheitis.
Terapi dan Pengobatan Peneumonia Pada Pedet
Pengawasan pada binatang yang masih sehat sangatlah penting, penderita ditempatkan dikandang yang bersih, hangat dan ventilasi yang baik. Pemberian antibiotic dan sulfonamid selama 3 hari secara parenteral atau melalui makanan diharapkan untuk meniadakan biro benjol oleh bakteri. Pemberian Ca boroglukonat dan vitamin C serta penangan kekurangan cairan tubuh sangat mempunyai kegunaan untuk terapi pneumonia.
Referensi:http://komunitas-dokterhewan.blogspot.co.id
Salah satu penyebab ajal yang tinggi pada pedet (anak sapi) ialah serangan penyakit radang paru-paru atau pneumonia. Penyakit pneumonia pada pedet ini kalau lebih cepat terdeteksi masih ada kemungkinan sanggup diobati hingga sembuh tetapi kalau terlambat mengetahuinya maka akan sangat sulit untuk diobati bahkan resiko utamanya ialah kematian. Pedet yang terjangkit pneumonia parah akan terus merosot bobot tubuhnya lantaran malas makan, leleran ingus yang terus menerus dan kondisi pernafasan yang semakin terganggu lantaran rusaknya paru-paru. Pedet yang telah terjangkit penyakit pneumonia, meskipun sanggup sehat kembali atau sanggup sembuh tetapi biasanya akan mengalami keterlambatan pertumbuhan bobot badannya lantaran kondisi paru-parunya yang sudah kurang normal. Akan sangat lebih bermanfaat kalau sanggup mencegah penyakit ini menyerang pedet daripada mengobatinya sehabis terjangkit apalagi kalau sudah parah.
Mengingat demikian parah imbas dari penyakit peneumonia pada pedet ini maka seyogyanya peternak sapi mengetahui gejala-gejala awal serangan pneumonia semoga sanggup melaksanakan tindakan pengobatan yang efektif melalui tenaga medis / veteriner sehingga sanggup tertolong tidak hingga parah yang berujung pedet mati. Berikut ini beberapa hal penting yang perlu diketahui terkait dengan penyakit pneumonia yang sering menjangkiti pedet terutama pada musim-musim tertentu dan pada umur-umur tertentu (umur masih menyusu).
Apa yang dimaksud penumonia? Radang paru-paru (pneumonia) merupakan radang parenkim yang sanggup berlangsung baik akut maupun kronik ditandai dengan batuk, bunyi asing pada waktu auskultasi, dyspnoe dan kenaikan suhu tubuh. Radang ini disebabkan oleh banyak sekali biro etiologi, radang yang disebabkan kuman terkadang menjadikan terjadinya toksemia. Secara patologi banyak ditemukan bersamaan dengan radang bronchus hingga terjadi bronchopneumonia yang sering terjadi pada hewan.
Faktor-faktor pengelolaan peternakan dan lingkungan binatang sangat besar lengan berkuasa terhadap terjadinya radang paru-paru pada sapi. Penempatan sapi hanya dikandang saja yang lembab dan berdebu dengan ventilasi yang jelek; overcrowding; pedet yang tidak cukup mendapat kolustrum; lingkungan yang cuek serta transportasi merupakan faktor-faktor yang menghipnotis terjadinya radang paru-paru pada sapi. Pada lingkungan yang buruk sering terjadi benjol kuman Pasteurela sp dan Streptococcus sp. Pneumonia yang disebabkan oleh virus pada binatang biasanya bersifat akut. Pada kultur paru-paru binatang yang sudah mati disebabkan pneumonia sering dijumpai adanya kuman Corynobacterium pyogenes, hemolytic staphylococci dan Pseudomonas aeruginosa.
Penyebab Penumonia dan Agen Infeksi Pedet (Sapi), Virus, Bakteri, Jamur dan Parasit
- Virus Infectious Bovine Rhinotracheitis, Malignant Catharal Fever, Bovine Herpes V-4, Adenovirus, Parainfluenza-3, Bovine Respiratory Virus , Bovine Virus Diarrhea- Mucosal Disease, Rhino-virus, Rota-virus
- Bakteri Pasteurela multocida, Pasteurela hemolitica, Streptococcus sp, Mycobacterium tuberkulosa, Corynobacterium pyogenes, Hemophilus somnus
- Jamur Chlamydia psittaci
- Mycoplasma Mycoplasma mycoides, Mycoplasma dispar
- Parasit Dictocaulus viviparus
Pada awalnya radang paru-paru ( pneumonia ) didahului tanda-tanda hiperemi pulmonum, diikuti dyspnoe, frekuensi nafas 40-80 kali permenit, tipe nafas bersifat abdominal, napasnya mula-mula dangkal kemudian dalam, batuk, sehabis berlangsung beberapa hari muncul leleran pada hidung, pulsus 60-90 kali per menit, demam ( suhu 42ÂșC ) kenaikan suhu tubuh ini sejalan dengan reaksi tubuh dalm memobilisasi sel-sel darah putih dan berlangsungnya menyerupai antigen-antibodi.
Pada inspeksi terkadang tercium bacin abnprmal dari pernapasan penderita. Bau basi ( halitosis, foxtor ex ero ) sanggup berasal dari runtuhan sel atau dari produk kuman penyebab pneumonia. Bau basi selalu ditemukan pada radang paru-paru yang disertai ganggren.
Pada auskultasi kawasan paru-paru akan terdengar banyak sekali bunyi abnormal. Terdengar bunyi bronchial ( rhonci lembap ) yang seharusnya bunyi vesicular disebabkan alveoli terisi cairan radang. Pada investigasi perkusi pada kawasan paru-paru tidak ditemukan adanya perubahan pada batas-batas kawasan perkusi. Suara resonansi yang dihasilkan bervariasi mulai dari agak pekak pada kawasan yang mengalami hiperemi hingga pekak total pada kawasan yang mengalami hepatisasi.
Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu bahkan sering sekali produksi susu terhenti sama sekali. Penderita tampak lesu, malas berbaring, gelisah, kehilangan nafsu makan dan minum, depresi, terkadang pernapasan dengan mulut, konstipasi dan oligouria.
Patogenesis
Agen-agen benjol memasuki jaringan paru-paru secara inhalasi, hematogen atau limfogen. Berat ringan proses radang tergantung pada jenis, virulensi, dan jumlah biro benjol yang berhasil memasuki jaringan. Infeksi secara hematogen dan limfogen menjadikan terbentuknya foci-foki radang yang letaknya tersebar pada bebrbagai lobus paru-paru. Kejadian akut biasanya disebabkan oleh kuman Pasteurela sp dan Mycoplasma sp sedangkan yang disebabkan jamur atau kuman Mycobacterium sp kebanyakan bersifat kronis dengan pembentukan granuloma. Sedangkan biro benjol yang disebabkan oleh viral berlangsung subklinis yang memerlukan faktor lain dalam patogenesisnya yaitu dengan kolaborasi dengan kuman patogen lain maupun pengelolaan peternakan dan lingkungan yang jelek.
Radang paru-paru akan menjadikan terjadinya hipoksia lantaran terjadi ganguan pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Kompensasi dari hal tersebut binatang akan meningkatkan frekuensi dan intensitas pernafasan. Karena adanya rasa sakit saat bernafas disebabkan meningkatnya kepekaan jaringan yang mengalami radang pernapasan berlangsung cepat dan dangkal.
Pedet Super (sehat, lincah dan gemuk) |
Adanya hiperemi, paru-paru akan mengalami pemadatan, konsolidasi yang dalam keadaan lanjut terjadi pemadatan yang berkonsistensi menyerupai hati ( hepatisasi). Pada uji apung jaringan yang berkonolidasi akan melayang ataupun tenggelam. Adanya eksudat pada susukan pernafasan akan menjadikan batuk bagi jaringan yang peka, lantaran eksudat ini bila dilakukan auskultasi akan terdengar bunyi ronchi lembap dan hilangnya bunyi vesikuler. Selain itu pernafasan yang normalnya tipe kostoabdominal akan bermetamorfosis tipe abdominal.
Pemeriksaan patologi
Pemeriksaan makroskopis pada paru-paru tampak perubahan warna mulai yang dari kemerahan hingga menjadi abu-abu dan kuning bahkan terjadi hepatisasi merah, konsistensinya bermetamorfosis menyerupai hati yang lentur bahkan mengalami kerapuhan. Pada pengirisan paru-paru ditemukan adanya eksudat mulai dari serous hingga mukopurulen, jaringan parenkim tampakmengalami kongesti dan hepatisasi. Pada uji apung akan melayang atau tenggelam, dan ditemukan inklusi bodi pada pneumonia yang disebabkan virus.
Diagnosis
Dengan pengambilan swab pada batang tenggorokan dan bronchus. Deferensial diagnosa pada pneumonia mencakup gangguan jantung, hiperemi pulmonum, oedema pulmonum, emfisema pulmonum dan laringo-tracheitis.
Terapi dan Pengobatan Peneumonia Pada Pedet
Pengawasan pada binatang yang masih sehat sangatlah penting, penderita ditempatkan dikandang yang bersih, hangat dan ventilasi yang baik. Pemberian antibiotic dan sulfonamid selama 3 hari secara parenteral atau melalui makanan diharapkan untuk meniadakan biro benjol oleh bakteri. Pemberian Ca boroglukonat dan vitamin C serta penangan kekurangan cairan tubuh sangat mempunyai kegunaan untuk terapi pneumonia.
Referensi:http://komunitas-dokterhewan.blogspot.co.id
0 Response to "Penyakit Pneumonia, Pembunuh Pedet Yang Patut Diwaspadai"